Mau Berapa Periode Lagi, Pak Ustadz Bu Ustadzah Menjabat Jabatan Publik? Kapan Cukupnya?

Mau Berapa Periode Lagi Pak Ustadz Bu Ustadzah
Tere Liye
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



By Tere Liye

Hajinews.id – Di hari yang mulia ini, izinkan saya juga ceramah. Saya tujukan khusus ke ustaz-ustazah, penceramah-penceramah, yang hari ini duduk menjabat, baik itu kepala daerah, anggota DPRD, DPR, DPD, dan semua jabatan publik lainnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Insya Allah, ceramah saya ini karena peduli dan sayang.

Wahai ustaz, ustazah, mau berapa periode lagi kalian berkuasa? Saya paham, bahwa memang penting ada diantara ustaz dan ustazah yang masuk dalam sistem pemerintahan, agar bisa ikut mewarnai dari dalam. Paham sekali. Tapi jika ustaz dan ustazah sudah 10 tahun, 15 tahun, bahkan ada yang 20 tahun menjadi pejabat publik, mau berapa lama lagi sih kita berkuasa?

Kita kadang pintar sekali mengkritisi kelompok lain yang maksa 3 periode. Tapi tidakkah kita lihat, kita malah sudah 4 periode jadi pejabat. Non stop. Selalu merasa lagi, lagi, dan lagi. Pindah dari satu posisi ke posisi lain. Setiap pemilu, pileg, pilkada kita ikutan berkompetisi nyalon lagi. Ini nyadar nggak sih? Jangan-jangan kitalah yang rakus dan ambisius ingin menjabat?

Kita kadang kritis sekali melihat keluarga kelompok lain, anak-mantu, cucunya jadi pejabat. Coba tengok kelompok kita, astagfirullah, bukankah juga banyak yang istri, anak-mantu, ikut jadi pejabat juga. Giliran. Bagai diwariskan. Ehem, itu betul, terpilih lewat sistem demokrasi. Tapi jangan dijadikan pembenaran. Kan tetap kita yang maksa ambil inisiatif mau menjabat?

Ketahuilah, jika kita sudah 2 periode, dan tetap begitu juga situasinya, mbok ya nyadar diri, gantian, kasih kesempatan ke yang lain. Karena toh, 2 periode menjabat (apapaun jabatannya), dan situasi tidak berubah, itu artinya jangan-jangan kitalah yang memang tidak kompeten. Siapa tahu yang lain lebih berani, lebih brilian solusinya. Gantian. Cukup.

Mari cari pengabdian lain. Kehilangan gaji, fasilitas negara, kekuasaan, dll itu tidak menyedihkan. Melainkan kehilangan ‘mata hati’-lah (yang menyedihkan). Saat kita luput, merasa sedang berjuang demi kepentingan orang banyak, eh, sebenarnya berjuang demi diri sendiri dan keluarga.

Pikirkanlah.

Sedih loh lihatnya, 20 tahun lebih rebutan jabatan publik, lagi, lagi, dan lagi ingin menjabat jadi DPRD, DPR, DPD, bupati, gubernur. Kapan cukupnya?

1 Syawal 1444 H

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *