Kultum 90: Kisah Mujahid yang Hafidz Lalu Murtad

Kisah Mujahid yang Hafidz Lalu Murtad
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Ketika itu pedangnya masih berkilat memantulkan cahaya panasnya mentari di tengah gersangnya tanah wilayah Arab. Darah orang Romawi yang melumurinya juga masih belum kering. Mujahid ini telah menghantarkan banyak orang Romawi ke neraka dengan pedangnya.

Jika mujahid yang gagah itu mengayunkan pedangnya, roboh dan tewaslah pasukan Romawi yang berhadapan dengannya. Sebagai seorang Tabi’in (sekitar 270H), dia juga hafal Al-Qur’anul kariim. Namanya juga sebaik-baik nama, yakni ‘Abdah bin ‘Abdurrahiim.

Keimanannya tak diragukan lagi. Kalau sudah status sebagai seorang mujahid berpadu dengan status hafal Al-Qur’an, apalagi yang bisa menandingi kemuliaannya di sisi Allah Subhanahu wata’ala. Itupun masih ditambah lagi dengan keilmuannya, kezuhudannya, ibadahnya, puasa Daudnya, serta ketaqwaan dan keimanannya.

Tapi siapa sangka akan terjadi musibah terbesar di akhir hidupnya? Dia mati dengan tidak membawa iman dan Islamnya. Dia mati dalam keadaan murtad sebagai Nasrani. Dan statusnya sebagai mujahid dan hafidz dari semua isi Al-Qur’an, lenyap tak tersisa. Semua itu terjadi karena dia keluar dari agama Allah. Kisahnya begini:

Waktu itu sang mujahid bersama kaum muslimin sedang mengepung sebuah perkampungan Romawi. Tiba-tiba mata ‘Abdah tertuju kepada seorang wanita Romawi di dalam benteng. Tampaknya, kecantikan dan pesona wanita berambut pirang itu terlalu dahsyat dalam mencuri mata dan hati sang mujahid. Inilah yang membuat dia lupa bahwa tidak ada satu manusia pun yang ‘dijamin’ lolos dari su’ul khatimah.

Sementara perang masih berkecamuk, dia sudah tak mampu menahan tangannya untuk menulis surat cinta kepada wanita itu. Tertulislah, “Adinda, bagaimana caranya agar aku bisa sampai ke pangkuanmu?” Bagai pucuk dicinta ulam pun tiba, wanita itu menjawab, “Kakanda, masuklah agama Nasrani, maka aku jadi milikmu”.

Disebab oleh syahwat yang telah membanjiri relung hatinya ‘Abdah jadi lupa akan imannya. Telinganya menjadi tuli, dan matanya menjadi buta terhadap Al-Qur’an. Hatinya terhalang tembok anti hidayah, sebagaimana firman Allah,

خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى

سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ

غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Artinya:

Allah telah menutup hati mereka, dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka. Dan bagi mereka siksa yang amat berat (QS. Al-Baqarah: 7).

Astaghfirullah, na’udzubillahi min dzalik. Kecantikan dan pesona wanita itu telah mampu mengubur imannya di dasar lautan yang dalam. Demi kecantikan dan pesona yang fana itu, dia rela melepaskan Islam yang kekal dunia akhirat.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *