3 Macam Jiwa Menurut Ibnu Sina

3 Macam Jiwa
Ibnu Sina
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Ilmuwan dan filosof Islam Ibnu Sina mengungkapkan bahwa jiwa (nafs) memiliki tingkatan dan memiliki nama. Menurutnya, jiwa adalah jauhar atau substansi yang tidak berwujud dan tidak terhubung dengan materi lain.

Ibnu Sina mengatakan: jauhar adalah ruhaniah (immaterial) yang bersemayam di dalam badan dan dapat langsung menguasai badan. Jiwa menjadi penyebab kehidupan dan gerak serta pengendali tubuh. Dalam hal ini badan atau tubuh memainkan peran ambivalen terhadap jiwa manusia.

Lebih lanjut, Ibnu Sina menjelaskan, jiwa itu terdiri atas 3 macam, yaitu jiwa nabati (an-nafs an-nabatiyyah), jiwa hewani (an-nafs al-Hayawaniyah), dan jiwa insani/malaki (an-nafs al-insaniyyah/al-malakiyyah).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jiwa nabati adalah kesempurnaan (figur) awal bagi benda alami yang hidup, tumbuh, dan berkembang. Jiwa hewani adalah kesempurnaan awal bagi benda yang hidup dan mengetahui hal-hal yang kecil dan bergerak dengan iradah (kehendak).

Sementara, jiwa insani adalah kesempurnaan awal bagi benda yang ingin hidup dan melakukan perbuatan berlandaskan potensi akal dan pikiran serta mengetahui hal-hal yang bersifat umum. “Jiwa insani inilah yang dinamakan ruh,” kata Ibnu Sina dalam buku “Psikologi Islam: Rujukan Utama Ilmu Psikologi Dunia” terbitan TuROS.

Lalu dilihat dari segi sifatnya, menurut Ibnu Sina, jiwa manusia terbagi dalam dua daya. Pertama, yaitu daya praktis (amaliyyah) yaitu daya yang ada hubungannya dengan gerakan fisik. Kedua, daya teoritis (nazhariyyah amaliyyah) yang kaitannya dengan hal-hal abstrak, yaitu pemikiran.

Di dalam jiwa manusia itu juga terdapat naluri pendorong, atau daya (quwwah) yang bekerja terprogram secara otomatis, dinamakan “daya nabati”. Sedangkan daya yang bekerja dengan maksud dan inisiatif tersebut dinamakan “daya hewani. Lalu, daya yang bekerja dengan maksud, inisitif, dan relasi dinamakan “daya Malaki”.

Ketiga quwwah di atas, yaitu nabati, hewani, dan malaki/insani, posisinya inheren dengan jiwa. Tetapi, ketiga daya itu tidak dapat didefinisikan dengan satu definisi yang dapat dipakai untuk ketiganya.

“Kalau ada orang yang sembarang mendefinisikan, ia tidak akan mungkin mendapatkan pengertian yang benar, karena akan rawan terjebak pada penggunaan nama umum untuk beberapa entitias yang berbeda dan akan terjadi yang namanya ekuivok,” jelas Ibnu Sina.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *