Selisihya Tipis! Ini Pemenang Pilpres 2024 Bila Berlangsung 2 Putaran Versi Hasil Survei Terkini

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Inilah pemenang Pilpres 2024 andai pemilu hanya berlangsung 2 putaran versi hasil survei terbaru.

Hasil survei Skala Survei Indonesia (SSI) memprediksi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bisa unggul melawan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan jika Pilpres berlangsung selama dua putaran.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Survei SSI membuat dua simulasi pilpres dari sejumlah nama capres potensial saat ini.

Dari dua simulasi tersebut, Prabowo selalu unggul alias menang jika pilpres berlangsung dua putaran.

“Pilpres tidak akan selesai dalam satu babak. Sangat besar potensinya pilpres harus dilanjutkan ke ronde kedua,” kata Direktur Eksekutif SSI, Abdul Hakim kepada Tribunnews.com, Jumat (18/11/2022).

Dijelaskan Abdul Hakim, Pilpres 2024 kemungkinan besar akan dihelat 2 ronde jika yang akan maju lebih dari 2 nama capres.

“Sebelum membahas analisis hasil survei kali ini, terlebih dahulu akan saya uraikan komposisi 9 parpol berkursi di DPR RI.” ujarnya.

Menurutnya, setidaknya ada dua alasan. Pertama, karena hanya 9 parpol inilah yang diperbolehkan oleh Undang-undang untuk memegang tiket pencapresan sekaligus memiliki kewenangan untuk memberikan boarding pass-nya kepada kandidat capres/cawapres di pilpres 2024.

Kedua, basis perolehan kursi 9 parpol di DPR RI yang saat ini sudah mulai membentuk gugus-gugus koalisi, menjadi rujukan survei ini dilakukan dalam menguji nama-nama capres yang berpotensi maju menjadi kandidat presiden pada pemilu 2024.

“Saat ini, komposisi kursi 9 parpol di DPR RI, jika dikombinasikan dengan berbagai macam variasi pengelompokan untuk dapat memenuhi ambang batas 20 persen sebagai persyaratan untuk bisa memajukan calon presiden, maka maksimal hanya akan menghasilkan 4 gugusan koalisi. Dan kencenderungan itu sudah mulai terlihat saat ini.” ujarnya.

Ia melanjutkan, empat (4) gugus koalisi yang saat ini sudah mulai terbentuk adalah Gugus PDIP dengan total kursi 22,3 persen.

Tanpa berkoalisi, PDIP sudah bisa memajukan nama capres.

Di Gugus kedua, ada Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri atas Partai Golkar, PAN dan PPP yang komposisi kursinya jika digabungkan sebesar 25,7 persen.

Di Gugus ketiga ada Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang terdiri atas Gerindra dan PKB yang komposisi kursinya jika digabungkan sebesar 23,7 persen.

Dan di gugus terakahir, ada Koalisi Perubahan yang sepertinya akan diisi oleh Partai Nasdem, PKS dan Partai Demokrat yang komposisi kursinya jika digabungkan sebesar 28,3 persen.

Di akui Hakim, Koalisi ini memang masih belum mendeklarasikan diri untuk saling bekerja sama saat ini.

“Dari 4 Gugus Koalisi Parpol ini juga sudah mulai terlihat kecenderungannya untuk mengusung nama calon presiden. Gugus PDIP sepertinya sangat berhasrat untuk memajukan nama Puan Maharani. Gugus KIB sepertinya akan menyorong nama Ganjar Pranowo jika ia tidak dicalonkan oleh PDIP. Sementara Gugus Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya sepertinya akan mantap memberikan tiket Capres kepada Prabowo Subianto. Sedangkan Gugus Koalisi Perubahan sepertinya akan mengusung nama Anies R. Baswedan.” ujarnya.

Ia melanjutkan, dari kecenderungan nama capres inilah SSI mencoba mengujinya.

Bagaimana situasinya jika ada 4 nama capres tersebut yang akan maju berkontestasi? Bagaimana pula jika nantinya dengan dinamika koalisi parpol yang terjadi hanya akan menghadirkan 3 nama capres?

Pilpres 2 Ronde jika capres ada 4 nama.

Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo masuk Ronde Kedua.

Prabowo Subianto Menang di Ronde Kedua.

Penelitian SSI dengan melibatkan 1200 responden di 34 provinsi menemukan, seandainya Pilpres dilakukan hari ini, dan ada 4 nama yang akan maju, yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies R. Baswedan dan Puan Maharani, maka capres yang akan dipilih adalah Ganjar Pranowo sebanyak 28,6 persen, Prabowo Subianto 26.3 persen, Anies R. Baswedan 23.3 persen, dan Puan Maharani 0.7 persen.

Sementara yang menjawab tidak tahu/tidak jawab/rahasia/belum memutuskan sebanyak 21.1 persen.

Uniknya, jika ada 4 nama yang maju, belum ada satu capres pun yang memiliki tingkat eleksi mencapai 50 persen + 1 untuk bisa memenangi kontestasi dalam satu ronde.

Bahkan jika suara yang tidak tahu/tidak jawab/rahasia/belum memutuskan ditambahkan secara proporsional ke empat nama yang maju, juga belum ada yang mencapai 50 persen +1.

Itu artinya, Pilpres tidak akan selesai dalam satu babak.

“Sangat besar potensinya pilpres harus dilanjutkan ke ronde kedua. Dan yang memiliki potensi maju ke ronde kedua adalah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.”

Di ronde kedua, jika yang maju adalah Prabowo Subianto vs Ganjar Pranowo, maka Prabowo Subianto punya potensi lebih besar untuk mengalahkan Ganjar Pranowo dengan tingkat eleksi 35,3 persen untuk Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo 33,8 persen.

Memang yang masih belum memutuskan sebanyak 33,8 persen. Namun jika angka ini didistribusikan secara proporsional kepada keduanya, yang bisa mengumpulkan suara lebih dari 50 persen adalah Prabowo Subianto.

Pertanyaannya, bagaimana Prabowo Subianto bisa menang di ronde kedua melawan Ganjar Pranowo, padahal di ronde pertama Ganjar yang unggul?

Penjelasannya adalah ketika nama Anies R. Baswedan dan Puan Maharani tereliminasi di ronde pertama, ternyata suara Anies di ronde kedua mayoritas kecenderungannya akan bermigrasi memilih Prabowo Subianto.

Suara Anies akan berpindah memilih Prabowo sebanyak 31.5 persen. Sementara yang memilih Ganjar sebanyak 17.9 persen.

Sedangkan suara Puan Maharani pada ronde kedua akan terdistribusi merata ke Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto masing-masing sebanyak 25.0 persen. [lebih lengkap lihat dalam lampiran hasil survei].

Inilah yang menjadi jawaban, kenapa Prabowo Subianto bisa memenangi kontestasi jika di ronde kedua melawan Ganjar Pranowo.

Selanjutnya, SSI menunjukkan potensi pilpres 2 putaran yang juga dapat terwujud jika ada 3 paslon yang maju. Di pertanyaan kepada responden kali ini, tidak ada nama Ganjar.

 

Responden disodorkan pertanyaan:

‘Seandainya Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia dilakukan hari ini dan ada 3 nama calon yang akan maju. Dari 3 nama calon berikut, mana yang akan B/I/S pilih sebagai Presiden?’.

Hasilnya, Prabowo menjadi capres paling unggul, dengan rincian hasilnya adalah: Prabowo Subianto 31,3 persen, Anies Baswedan 28,1 persen, Puan Maharani 3,0 persen dan TT/TJ 37,6 persen.

Di putaran kedua, Prabowo kembali muncul sebagai pemenang jika lawan Anies dengan hasilnya adalah Prabowo Subianto 33,2 persen dan Anies Baswedan 28, 4persen dan TT/TJ 38,4 persen.

Di putaran kedua, Prabowo kembali muncul sebagai pemenang jika lawan Anies dengan hasilnya adalah Prabowo Subianto 33,2 persen dan Anies Baswedan 28,4 persen dan TT/TJ 38,4 persen.

Pada skema kedua, kandidasi capres yang dimunculkan yakni Prabowo, Ganjar, dan Puan. Jika ketiga figur ini maju ‘nyapres’, survei merekam Prabowo-lah pemenangnya. Hasilnya adalah: Prabowo Subianto 31,8 persen, Ganjar Pranowo 31,6 persen, Puan Maharani 3,3 persen dan TT/TJ 33,3 persen.

Dari hasil itu, Prabowo dan Ganjar lantas mengikuti putaran kedua pilpres. Hasil survei menunjukkan Prabowo kembali menang jika melawan Ganjar. Di mana hasilnya adalah: Prabowo Subianto 35,3 persen, Ganjar Pranowo 30,9 persen, dan TT/TJ 33,8 persen.

Pada skema ketiga berdasarkan 3 capres, survei memunculkan nama Ganjar, Prabowo, dan Anies. Hasilnya adalah Ganjar Pranowo 29,7 persen, Prabowo Subianto 24,8 persen dan Anies Baswedan 23,5 persen.

Berdasarkan hasil itu, Ganjar dan Prabowo kembali berlaga di putaran kedua. Saat head to head dengan Ganjar, Prabowo justru unggul sebagai capres terpilih. Hasilnya adalah Prabowo Subianto 35,3 persen, Ganjar Pranowo 30,9 persen dan TT/TJ 33,8 persen.

Survei SSI dilakukan pada 6-12 November 2022 melalui wawancara tatap muka langsung dengan responden menggunakan kuesioner.

Survei melibatkan 1.200 koresponden di 34 Provinsi di Indonesia dengan Confidence Interval/margin of error sebesar ± 2,83 persen.

Confidence Level/ tingkat kepercayaan sebesar 95,0 persen. Usia responden 16 tahun ke atas.

 

Survei lain

Berbeda dengan survei SSI, Survei nasional yang dilakukan lembaga survei Voxpol Center periode 22 Oktober – 8 November 2022 menunjukkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (Capres-cawapres) Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyoho (AHY) menang terhadap pasangan-pasangan Capres-cawapres lainnya dalam skenario empat, tiga, dan dua poros koalisi.

Dalam simulasi dua poros, pasangan Anies-AHY jika didukung NasDem-Demokrat-PKS unggul telak dengan elektabilitas 50,7 persen melawan pasangan Ganjar Pranowo-Puan Maharani yang memperoleh elektabilitas 32,6 persen walaupun didukung koalisi besar PDI-P, Gerindra, Golkar, PKB, PPP dan PAN.

Pasangan Anies-AHY juga menang dengan elektabilitas 49,4 persen saat dihadapkan dengan pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani yang memperoleh elektabilitas 32,8 persen.

Ini berarti pasangan Anies-AHY berpotensi menang Pilpres satu putaran.

Dalam simulasi tiga poros, pasangan Anies-AHY yang didukung Nasdem-Demokrat-PKS unggul dengan elektabilitas 37,3 persen.

Itu jika melawan pasangan Ganjar Pranowo – Airlangga Hartarto yang didukung Golkar-PAN-PPP dengan elektabilitas 28 persen.

Atau dengan pasangan Prabowo – Puan yang didukung koalisi PDI-P-Gerindra-PKB, dengan elektabilitas 23,4 persen.

Dalam simulasi empat poros, pasangan Anies-AHY kembali unggul dengan elektabilitas 38,4 persen, melawan pasangan Puan – Andika Perkasa (6,9 persen) yang didukung PDI-P, pasangan Airlangga – Ridwan Kamil (5 persen) yang didukung koalisi KIB Golkar-PAN-PPP, dan pasangan Prabowo – Khofifah Indar Parawansa (33,8 persen) yang didukung koalisi Gerindra-PKB.

Pasangan Anies-AHY tetap unggul dengan elektabilitas 32 persen ketika kombinasi pasangan Capres-cawapres dari KIB diganti menjadi Ganjar-Erick Thohir (29,5 persen) dan pasangan Gerindra-PKB menjadi Prabowo-Muhaimin Iskandar (25,5 persen).

Pasangan Puan-Andika yang didukung PDI-P memperoleh 3,1 persen.

Dalam paparannya, Direktur Eksekutif Voxpol Center Syarwi Pangi Chaniago menjelaskan bahwa Anies dipilih karena alasan rasional.

“Anies dianggap berprestasi saat menjadi Gubernur DKI Jakarta,” kata Pangi dalam publikasi survei, Jumat (18/11/2022) seperti dilansir Tribunnews.com.

Dalam Pilpres 2024 nanti, Pangi menegaskan Cawapres menjadi faktor penentu karena elektabilitas para kandidat Capres tidak ada yang menonjol.

“Kandidat berlatar belakang militer seperti AHY unggul karena alasan psikologis, yaitu tegas,” jelas Pangi.

Prediksi kemenangan pasangan Anies-AHY ini menguatkan temuan dengan hasil serupa dari lembaga-lembaga survei lainnya seperti SMRC, Indostrategic dan lain-lain.

Survei Voxpol Center ini dilakukan terhadap 1.220 responden di 34 provinsi di seluruh Indonesia, yang dipilih berdasarkan TPS dan DPT 2019.

Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 2,81 persen.

Survei Indo Barometer: Cawapres Jadi Penentu Pemenang Pilpres 2024

Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menyebut posisi calon wakil presiden (cawapres) akan menjadi penentu pemenang Pilpres 2024.

Menurut survei Indo Barometer, kata dia, tiga nama calon presiden (capres) teratas yaitu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto, memiliki kekuatan yang relatif sama.

“Kami membuat proyeksi hasil Pemilu 2024 berdasarkan hasil survei kami. Angkanya itu, Ganjar 36 persen, Prabowo 33 persen, Anies 30 persen. Semuanya kepala tiga,” kata Qodari dalam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Kamis (23/3/2023).

“Jadi ibaratnya pemilih 100 persen itu dibagi rata. Sementara syarat untuk pemenangan presiden, suara harus di atas 50 persen.”

“Jadi untuk memenangkan posisi satu, posisi dua, di putaran pertama, maupun memenangkan pilpres di putaran kedua – saya yakin pilpres dua putaran – itu posisi wakil presiden sangat menentukan,” jelasnya.

Bahkan Qodari juga menyebut 2024 adalah “pemilunya” wakil presiden karena kunci untuk memenangi pilpres ada di posisi cawapres.

“Bahkan saya mau mengatakan begini, 2024 ini akan unik karena akan menjadi pemilunya wakil presiden karena saking ketatnya calon-calon presiden yang sudah ada. Maka dari itu, kuncinya ada di wakil presiden,” ucapnya.

Dalam survei yang dilakukan Indo Barometer, calon wakil presiden yang memiliki elektabilitas paling tinggi adalah Erick Thohir dengan 22,9 persen, disusul Khofifah Indar Parawarsa 15,8 persen.

Lalu ada nama Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin, di angka 6,7 persen serta nama Ketua DPR RI Puan Maharani 6,3 persen.

Qodari menjelaskan, Erick mempunyai elektabilitas tertinggi karena kinerjanya sebagai Menteri BUMN yang dinilai bagus oleh masyarakat.

“Kalau yang kelihatan langsung dari hasil survei adalah penilaian kepada Pak Erick sebagai salah satu menteri terbaik atau memiliki kinerja yang baik di kabinet Pak Jokowi hari ini, di bawah Pak Prabowo,” terang Qodari.

“Walaupun menurut saya, Pak Erick ini sudah berproses di dalam ranah publik. Ketika misalnya menjadi Ketua Panitia Asian Games yang sukses secara prestasi dan penyelenggaraan.”

“Kemudian umum mengenal Erick Thohir sebagai pemilik Inter Milan misalnya. Kemudian dia bagian dari Nahdlatul Ulama, bagian dari Ansor, bahkan kemarin menjadi Ketua Panitia dari 100 Tahun Nahdlatul Ulama.”

“Tetapi saya melihat memang poin pokoknya, kalau kita bicara calon presiden/calon wakil presiden ya, memang itu jabatan-jabatan publik.”

“Jadi yang menjadi tolok ukur masyarakat, kalau berbicara soal calon presiden/calon wakil presiden, itu terutama adalah di jabatan pemerintahan,” tuturnya.

Dalam survei Indo Barometer, tidak ada nama-nama lain yang sebelumnya sempat muncul sebagai cawapres seperti Ridwan Kamil atau Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Qodari mengatakan, hal itu dikarenakan survei yang dilakukan pihaknya melihat dari kacamata capres yang akan memilih cawapres.

“Misalnya Pak Prabowo, partainya Gerindra koalisi dengan PKB. Otomatis Pak Muhaimin menjadi calon. Tetapi menurut saya, Pak Muhaimin dipertimbangkan untuk tidak (maju). Karena kalau Pak Muhaimin, seharusnya sudah deklarasi dari kemarin.”

“Pak Prabowo ini kan kelihatannya mau menggarap suara Jawa Timur dan Nahdlatul Ulama. Dan karena itulah kemudian, dia sering kelihatan dengan Khofifah.”

Qodari juga melihat adanya kedekatan antara Ganjar dan Erick sehingga sangat mungkin keduanya menjadi pasangan.

Sedangkan untuk Anies, Qodari menyebut mantan Gubernur DKI Jakarta itu masih bimbang untuk memilih antara AHY dari Demokrat dan Ahmad Heryawan dari PKS, sebagai cawapres. Anies, kata dia, takut akan ditinggalkan oleh salah satu partai apabila memilih sosok dari pihak satunya.

“Kalau begini, biasanya akan muncul nama ketiga. Dan itu yang dipilih. Maka muncul nama Chairul Tanjung yang dekat dengan Pak SBY dan juga dekat dengan PKS,” tuturnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *