Mereka berangkat menuju rumah yang dihuni dua saudara kembar tersebut. Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua saudara kembar itu.
“Maaf, kalian hanya boleh mengajukan satu pertanyaan. Tidak boleh lebih,” katanya.
Majulah Abu Nawas menghampiri salah seorang saudara kembar itu, dan berbisik. Orang tersebut pun menjawab dengan cara berbisik pula kepada Abu Nawas. Abu Nawas kemudian mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.
“Hutan yang kita tuju ada di jalan sebelah kanan,” tutur Abu Nawas kepada para sahabatnya.
“Bagaimana kau bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata jujur atau yang selalu berkata bohong?” tanya Solhan ke Abu Nawas.
“Tadi aku bertanya, apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana menuju hutan wisata?” ucap Abu Nawas.
Dikarenakan masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan.
“Tadi aku bertanya: Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang menuju hutan yang indah?”
Jika jalan yang benar itu sebelah kanan dan bila orang itu kebetulan yang selalu berkata benar maka ia akan menjawab: Jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berbohong.
Bila orang itu kebetulan yang selalu berkata bohong, maka ia akan menjawab: Jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berkata benar.
Wallahu a’lam bisshawab.