Cawapres NU Menjadi Kunci Kemenangan Pilpres 2024 di Jawa

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Sejumlah tokoh dari kalangan Nahdlatul Ulama digadang-gadang menjadi sosok potensial untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2024.

Bahkan, muncul isu PDIP menginginkan kader NU menjadi sosok pendamping Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang telah ditunjuk sebagai calon presiden (capres) pada pemilu mendatang.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Isu tersebut pun telah ditanggapi oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Fahrurrozi alias Gus Fahrur. Dalam pernyataannya, ia meminta agar NU tak diseret dalam konflik kepentingan dalam Pilpres 2024.

“Silakan setiap capres memilih pasangan dari NU secara langsung. Akan tetapi, tanpa melibatkan institusi organisasi agar tidak menyeret nama NU dalam pusaran konflik kepentingan,” ujar Gus Fahrur, Senin (8/5).

Fahrur turut menduga kandidat merasa nyaman berpasangan dengan kader NU lantaran sudah dikenal sebagai ormas moderat. Karenanya, banyak capres yang ingin kadernya menjadi pasangan pada Pilpres 2024.

Kendati demikian, kata Fahrur, pihaknya tetap mengingatkan kader NU menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat.

Di sisi lain, Ketua bidang Kesra PBNU Jusuf Hamka mengklaim sudah banyak yang minta kader NU untuk menjadi cawapres di Pilpres 2024. Namun ia menegaskan Ketua Umum PBNU Yahya Staquf memutuskan tidak cawe-cawe di dalam Pemilu 2024.

“Kalau saya sih berharap siapa pun dia harus putra-putri terbaik. Enggak perlu dari ormas, menurut saya karena hal itu akan menimbulkan perpecahan. Jadi, siapapun itu lebih baik kita dukung saja,” kata dia.

Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam mengatakan tak bisa dipungkiri NU memiliki basis suara cukup besar untuk Pemilu 2024. Hal ini menjadi salah satu faktor kenapa kader NU diminati oleh partai politik.

Tak hanya itu, kata dia, banyak tokoh NU yang memiliki pesantren maupun lembaga pendidikan. Alhasil, para santri maupun alumninya otomatis tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

“Yang ketiga ada kaitannya dengan sejarah tokoh-tokoh nahdliyin kalau digabung dengan nasionalis sejauh ini dalam tanda kutip seirama gitu ya, istilahnya sebagai pasangan itu selalu setia kan gitu, tidak dalam kerangka bersaing tidak, biasanya saling melengkapi,” ucap Surokim saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (9/5).

Surokim berpendapat sosok nasionalis yang disatukan dengan tokoh dari NU bakal menjadi pasangan yang memiliki modal kuat pada persaingan Pilpres 2024 mendatang.

Terlebih, dari tiga nama capres yang saat ini beredar, tidak ada satu sosok yang mendominasi. Baik itu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, maupun Anies Baswedan.

“Untuk hitung-hitungan ketika tidak ada capres yang dominan, maka posisi cawapres itu akan juga turut menentukan. Kalau dulu Pak SBY memilih Budiono atau Pak Jokowi memilih Kiai Ma’ruf itu pengecualian, karena posisi keduanya dominan. Tapi di 2024 itu enggak ada yang dominan, semuanya sama tidak terlampau jauh, oleh karena itu posisi wakil tentu akan signifikan memberikan kontribusi,” tuturnya.

Senada, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menyebut sosok tokoh NU saat ini memang dibutuhkan oleh semua capres. Tujuannya untuk memperkuat suara dukungan bagi mereka.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *