Orang Berilmu dan Akhlaknya

Orang Berilmu dan Akhlaknya
Jaka Budi Santosa
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Jaka Budi Santosa, Dewan Redaksi Media Group

Hajinews.id – KATA para tetua, ilmu dan akhlak tak boleh dipisahkan, mesti melengkapi, harus saling menguatkan. Tiada guna orang berilmu tapi tak punya akhlak, tak memiliki adab. Kurang paripurna pula orang berakhlak tapi tak berilmu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh. Begitu Albert Einstein bilang. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani lebih tegas lagi.

Menurut sufi termasyhur yang lahir pada 1077 Masehi di Kota Na’if, Gilan, yang sekarang menjadi Provinsi Mazarandan di Iran itu, orang berilmu sama sekali tak berharga jika tak dibarengi dengan akhlak yang kuat. “Aku lebih menghargai orang yang beradab daripada orang yang berilmu. Kalau hanya berilmu, iblis pun lebih tinggi ilmunya daripada manusia,” ucapnya.

Einstein dan Abdul Qadir Jailani tentu tak ingin menegasikan orang berilmu, orang-orang pintar. Keduanya hanya ingin mengingatkan, cuma hendak menegaskan, bahwa ilmu tanpa adab hanya akan mengantarkan pada kerusakan. Sejarah kemudian mencatat betapa ilmu tanpa dibarengi dengan akhlak yang baik berujung pada petaka, bermuara pada kebinasaan banyak sekali umat manusia.

Peringatan Einstein dan Abdul Qadir Jailani itu memang sudah ratusan tahun silam diucapkan. Namun, ia kiranya tak lekang oleh zaman, termasuk di negeri ini, di Tanah Air tercinta ini.

Bangsa ini pernah direpotkan oleh orang-orang berilmu. Ambil contoh Yusuf Leonard Henuk. Yusuf adalah seorang profesor, guru besar di Departemen Ilmu Peternakan Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai guru besar, dia tentu pintar. Akan tetapi, soal adab, banyak yang menyoal.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *