In Memoriam: Sarwono Kusumaatmadja dan Aktivis Koridor Tengah

Sarwono Kusumaatmadja Dan Aktivis Koridor Tengah
Sarwono Kusumaatmadja Dan Aktivis Koridor Tengah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Denny JA

Hajinews.id – Mendengar berita wafatnya Sarwono Kusumaatmadja, pikiran saya melayang ke era tahun 80-an. Saat itu saya tumbuh sebagai aktivis mahasiswa dan sudah menjadi kolomnis banyak koran, termasuk Kompas.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Itu era ketika Sarwono menjadi sekjen Partai Golkar yang pertama dari kalangan sipil. Sebelum Sarwono, Golkar yang saat itu dikenal sebagai partainya Pak Harto, sekjennya selalu memiliki riwayat militer.

Hanya ada tiga partai di era itu: Golkar, PPP dan PDI. Tiga politisi muda yang menonjol dari tiga partai itu acapkali menjadi sumber berita. Ia adalah Sabam Sirait (PDI), Ridwan Saidi (PPP) dan Sarwono Kusumaatmadja (Golkar).

Sekitar tahun 1986, Kompas meliput lahirnya Gerakan Kelompok Studi mahasiswa. Foto saya muncul di halaman satu Kompas karena saya dianggap pelopor bangkitnya Kelompok Studi Mahasiswa itu dengan mendirikan Kelompok Studi Proklamasi.

Tak hanya mendirikan kelompok studi mahasiswa, saya pun menuliskan konteks politik kelahirannya dalam kolom yang dimuat Kompas, sebelum Kompas meliput kelompok studi mahasiswa.

Sejak saat itu, saya sering menjadi pembicara asongan. Saya diundang menjadi pembicara di banyak tempat mewakili pandangan mahasiswa dan kaum muda.

ini kegiatan yang sangat saya sukai. Salah satunya karena selalu menerima honor. Dana yang saya dapat sebagai pembicara sangat membantu saya membiayai uang kuliah saya sendiri.

Menyambut Sumpah Pemuda, sebuah radio swasta mengundang saya menjadi pembicara. Yang juga diundang sebagai pembicara adalah Sarwono Kusumaatmadja.

Kami diminta bicara mengenai peran kaum muda dalam situasi politik masa kini. Saat itulah saya semakin mengenal sikap politik Sarwono, yang ia ambil secara sadar dan penuh perhitungan.

Sebagai aktivis mahasiswa, yang saat itu sudah terobsesi dengan gagasan demokrasi dan hak asasi, saya bicara di tataran tahap ideal.

Saya ceritakan pentingnya kaum muda selalu memberikan gagasan baru untuk zamannya. Di era kolonial, kaum muda mempopulerkan gagasan baru Indonesia merdeka.

Kini di era Orde Baru, kaum muda perlu pula terus menerus mempopulerkan gagasan baru Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Cepat atau lambat, Indonesia harus memilih jalan demokrasi agar masuk menuju peradaban modern.

Sebagai aktivis mahasiswa, yang juga masih lugu dalam politik, saya bicara ringan saja. Termasuk soal isu yang sensitif saat itu.

Saya nyatakan pentingnya supremasi sipil di saat yang berkuasa justru “Dwi Fungsi ABRI.” Juga soal pentingnya pemilu yang dapat mengganti kekuasaan. Padahal kala itu sangat tabu dan sensitif bicara suksesi presiden.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *