CSIS: Capres Pro-Cina Anti Islam

CSIS: Capres Pro-Cina Anti Islam
Pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jusuf Wanandi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

Hajinews.id – KEMUNCULAN Yusuf Wanandi di program Rosi KOMPAS TV, Kamis (25/5/2023), menyampaikan pandangan dan pesannya bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024 diprediksi hanya dua pasangan calon.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jusuf Wanandi menilai situasi politik yang berkembang sekarang, terutama dorongan untuk membentuk koalisi besar bertujuan agar pasangan calon presiden dan wakil presiden di 2024 hanya ada dua pasang calon.

Begitu juga dengan Presiden Jokowi yang akan berusaha agar paslon presiden dan wakil di Pilpres 2024 hanya ada dua pasangan. Sebab menurut Jusuf, sangat sulit untuk memperkirakan kemenangan jika ada tiga pasangan calon yang bertarung di Pilpres 2024.

Menyadarkan kita untuk sejenak tengok ke belakang mencoba melacak alam pikiran Yusuf Wanandi meraba strategi dan apa yang akan terjadi para Pilpres mendatang. Karena apa yang diucapkannya Yusuf Wanandi sesungguhnya tidak jauh dari strategi Istana dengan panduan politik mantan think tank CSIS yang saat ini sangat dekat dengan Jokowi.

Jusuf Wanandi sebagai pendiri CSIS memiliki memori lengkap sejarah politik Benny Murdani (BM) saat hubungan mesra dengan Suharto dan pemecatan Benny sebagai Panglima ABRI, masih menyisakan dendam.

Protes kemarahan tokoh CSIS karena sudah tidak dipercaya lagi oleh Soeharto pada saat itu dan malah lebih percaya kepada Habibie dan ICMI, rentetan kejadiannya masih menyimpan rasa dendam kepada umat Islam.

Protes BM saat itu “militer pun sekarang sudah semakin ‘hijau’ (dalam arti perwira non-muslim atau yang kurang ‘saleh’ tidak lagi mendapat kesempatan) di bawah Feisal Tanjung. Karena Bapak tidak percaya kepada saya, walaupun kami selalu mendukung Bapak, kata Benny”.

Jusuf Wanandi adalah kakak kandung Sofjan Wanandi, pendiri koran The Jakarta Post. Ia mengakui kedekatan hubungannya dengan Daoed Joesoef, Benny Moerdani, Jacob Oetama dan Fikri Jufri. “Jusuf mengakui bahwa di awal pemerintahannya Soeharto tidak dekat dengan Islam”.

“Selama 20 tahun pertama pada masa kekuasannya, Soeharto sangat hati-hati untuk tidak membiarkan Islam menjadi kekuatan politik. Di akhir tahun 1980-an, Presiden Soeharto membuang pendirian ini dan merangkul Jenderal hijau mereka terus menyimpan dendam .

Kelompok CSIS (Centre for Strategic and International Studies) yang diakui Jusuf Wanandi sebagai “kelompok China dan Katolik”, memang sejak 1988 sangat kecewa kepada Soeharto yang meninggalkan CSIS.

Sampai pada masa Jokowi memegang tampuk pimpinan negara sebagai presiden, mereka kembali menemukan momentumnya bahkan lebih dalam rezim menggelar karpet merah untuk mereka ikut mengatur negara secara langsung

Dari sebuah lembaga yang dianggap ‘dekat’ dengan Soeharto dan think tank yang memberi legitimasi pada kekuasaannya, yang dikelola oleh ‘keturunan Tionghoa dan Katolik’, saat menjadi lembaga yang menentang Soeharto, otomatis menentang umat Islam.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *