Akankah Erdogan Effect di Turki Merembet ke Pilpres RI?

Erdogan Effect
Erdogan dan anies
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Media-media mainstream besar Barat, seperti The Economist, Der Spiegel, Le Point, dan media besar lainnya secara terang-terangan menyerang Erdogan dengan memotretnya sebagai diktator.

Kover salah satu edisi The Economist menggambarkan sosok Erdogan sedang duduk di singgasana yang sudah agak reyot dengan lambang bulan sabit retak di pucuk singgasana.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Majalah terkemuka itu menunjukkan bahwa Erdogan ingin membangkitkan kembali imperium Turki yang pernah menjadi superpower dunia. The Economist juga mengungkap tindakan represif Erdogan terhadap kalangan oposisi dan jurnalis yang kritis terhadapnya.

Jurnalis senior David Hearst yang memimpin redaksi Middle East Eye mengecam kampanye negatif media Barat dan menganggapnya bias karena tidak berimbang dan terlalu memojokkan Erdogan. Banyak pemimpin di Timur Tengah yang represif dan opresif terhadap oposisi dan jurnalis, tetapi tidak mendapatkan sorotan yang kritis dari media Barat.

Arab Saudi di bawah kepemimpinan Pangeran Muhammad bin Salman (MbS) melakukan represi terhadap oposisi. MbS  berada di balik pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Mesir di bawah Presiden Abdul Fattah al-Sisi juga bertindak opresif terhadap oposisi dengan memenjarakan ribuan oposan dalam kondisi yang sangat buruk.

Sisi mengeluarkan daftar berisi 80 organisasi dan perorangan yang dianggap sebagai teroris. Banyak di antaranya adalah jurnalis yang kritis terhadap rezim.

Kendati demikian, tidak ada liputan yang kritis dari media Barat terhadap rezim di dua negara itu. Dua negara itu dikenal sebagai sekutu dekat Barat.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada saat masa kampanye mengatakan akan mengasingkan Arab Saudi yang rekor hak asasinya  buruk. Namun, Biden menjilat ludah sendiri dan mengunjungi Arab Saudi untuk berunding dengan MbS.

Persaingan Erdogan vs Kilicdaroglu memang sangat keras. Pemilu kali ini dianggap yang paling sengit sehingga masyarakat terpecah.

Pemilu Turki kali ini adalah pertarungan identitas antara politik Islam yang ingin melawan hegemoni Barat, melawan politik liberal yang ingin mengembalikan Turki sebagai bagian dari Barat.

Erdogan berada pada posisi yang tidak menguntungkan karena kebijakan ekonominya dianggap menyebabkan inflasi tinggi dan pengangguran meluas. Erdogan gagal menangani bencana gempa bumi besar pada Februari lalu yang menyebabkan korban tewas sampai 50 ribu jiwa.

Dengan dua rapor merah itu, oposisi yakin bisa mendongkel Erdogan. Analis politik dan media liberal Turki mengeluarkan berbagai survei yang menyebutkan kekuasaan Erdogan bakal berakhir.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *