Hajinews.id – Suatu hari Harun al-Rasyid memanggil Abu Nawas ke istananya untuk diberi tugas. Setelah tiba di istana, sang khalifah menyambut Abu Nawas dengan senyuman.
“Akhir-akhir ini aku sering merasakan perutku sakit, kata tabib istana, aku terkena serangan angin” kata Harun al-Rasyid.
Abu Nawas sedikit keheranan, lalu bertanya, “Ampun Baginda, kiranya apa yang bisa hamba lakukan untuk Yang Mulia?”
“Tangkap dan penjarakan angin itu untukku!” perintahnya.
Abu Nawas diam sejenak.
“Aku beri kau waktu tiga hari untuk menyelesaikan perintah ini,” tambah Harun al-Rasyid.
Abu Nawas kemudian pulang dengan membawa pekerjaan dari Harun al-Rasyid. Ia masih terdiam, mulutnya terkunci rapat tak mengeluarkan sepatah katapun.
Dalam kebingungan yang tidak habis-habis, ia belum bisa memikirkan bagaimana cara menangkap dan membuktikan bahwa itu memang benar-benar angin.
Menurutnya, hanya anginlah satu-satunya benda aneh yang tidak berwarna dan tidak bisa dilihat seperti halnya air, yang masih bisa diindera. Sudah dua hari ini, tetapi Abu Nawas masih belum bisa mendapatkan cara untuk menangkap angin, bahkan memenjarakannya.
Abu Nawas hampir putus asa dan tidak bisa tidur, karena waktu yang telah ditentukan tinggal sehari lagi.
Ia mondar-mandir memikirkan cara, tiba-tiba ia tersadar dan berkata kepada dirinya sendiri “Bukankah jin itu tidak terlihat?”
Ia berjingkrak dan menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan dan berjalan menuju istana kemudian menyerahkan sebuah botol kepada Raja.