Disway: Poltak Sitinjak

Jack Poltak Sitinjak bersama solar cell yang ada di Danau Toba.--
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Belakangan banyak penduduk membeli pompa air. Berbahan minyak solar. Tapi harga solar mahal sekali.

Maka Jack punya ide: membangun solar cell terapung. Sebagai pengusaha pompa ia punya kemampuan untuk itu. Ia bangun dulu dermaga terapung. Terbuat dari rangkaian drum plastik: 8 x 16 meter.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dermaga itu ia tarik ke tengah danau. Di atas dermaga terapung itulah solar cell digelar. Pakai tiang-tiang penyangga. Hasil listriknya untuk menghidupkan pompa air. Pompa itu dimasukkan ke dalam air. Sedalam sekitar 3 meter.

Jack harus membangun solar cell itu jauh dari pantai Samosir. Sekitar 80 meter ke tengah danau. Tujuannya: untuk mendapatkan air dalam. Agar bisa mendapat air yang lebih bersih. “Danau di dekat pantai sangat dangkal. Airnya berlumut,” ujar Jack.

Dengan membangun solar cell agak di tengah, Jack bisa mendapat kedalaman 8 meter. Airnya bersih. Lalu dialirkan ke darat lewat pipa.

Agar ”dermaga Jack” tidak lari-lari, Jack mencetak beton untuk pemberat. Empat buah. Masing-masing 1,6 ton. Beton itu ia tenggelamkan ke dasar danau. Dermaga drum itu diikatkan ke beton itu.

Dari dermaga itulah air dialirkan lewat pipa sejauh 1,6 km ke Desa Sitinjak: 2 liter per detik. Masyarakat pun membangun bak-bak air. Mendapat air dari pompa Jack secara gratis. “Kelebihan airnya untuk mengairi sawah,” ujar Jack. Ia pun mengirimkan video ke sana. Isinya: air yang lagi mengucur membasahi tanaman padi.

Saya menelepon Jack kemarin malam. Ia lagi di Mesuji, pedalaman Lampung. Sudah beberapa tahun belakangan ia sering ke Mesuji. Terutama di hari libur. Ia punya kebun kelapa di sana.

Bukan kelapa sawit tapi kelapa pandan. “Seperti yang kita impor dari Thailand itu,” ujarnya.

Kini memang kian banyak dijual kelapa muda yang kecil-kecil dengan sabut dikupas. Lalu dimasukkan kulkas.

“Tiap hari berapa truk Anda kirim kelapa pandan ke Jakarta?” tanya saya.

“Saya belum jualan,” jawabnya.

“Pohon kelapanya sudah berumur berapa tahun?”

“Ada yang sudah 10 tahun”.

“Berarti sudah bisa mulai jualan dong. Berapa ton?”

“Belum jualan. Yang saya tanami baru 5 hektare. Untuk senang-senang saja. Dimakan sendiri bersama teman,” katanya.

“Total kebun Anda berapa ribu hektare?”

“Tidak ribuan. Hanya sekitar 100 hektare”.

Jack Poltak Sitinjak juga membangun rumah di Sitinjak. Di atas tanah warisan kakeknya. Saat-saat ada upacara adat ia ke sana. Bersama istri dan tiga anaknya. Bisa tidur di rumah sendiri.

Si anak panti asuhan bisa berbuat begitu banyak untuk kampung ayah-ibunya. Ia tidak lahir di Samosir tapi ikatan adatnya masih sangat kuat dengan kampung itu.

Dari kampung itulah marga Sitinjak berasal. Bapak marga Sitinjak adalah keturunan ke-10 dari si Raja Batak.

Batak Samosir telah melahirkan tokoh-tokoh nasional seperti AE Manihuruk, Friedrich Silaban, sastrawan Sitor Situmorang, wartawan Parakitri Tahi Simbolon, dan politisi yang mau mengambil Partai Demokrat Jhoni Allen Marbun.

Tapi, mungkin baru Jack Poltak Sitinjak-lah yang akan jadi tokoh paling terkenal di marga Sitinjak.(Dahlan Iskan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *