Catatan Kritis Untuk Ganjar; Capres Boneka Marionette

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Muhammad Maruf, Penulis adalah Kepala Riset CNBC Indonesia.

Marionette adalah boneka dari Eropa yang digerakkan dengan tali dari atas. Orang yang mengoperasikannya disebut manipulator. Biasanya, manipulator tak kelihatan, ada dibalik layar. Di Jawa, ini disebut wayang dan dalang.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Saya tidak bisa menemukan kalimat paling tepat untuk bisa merangkum perbedaan kualitas antara Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah dan calon presiden dari PDI Perjuangan dengan Presiden Joko Widodo, sesama kader partai banteng moncong putih. Kecuali seloroh seorang bekas menteri Jokowi. Dia bilang begini dalam sebuah perbincangan beberapa waktu lalu, “Bagusan Jokowi, bagaimanapun dia itu masih punya mimpi, kalau Ganjar, punya mimpi saja tidak,” katanya sambil terbahak. Saya ikut tersenyum, mengangguk-angguk. Saya setuju.

Yang saya tahu, sebelum Partai Nasdem mengumumkan pencalonan Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden ada semacam kesepakatan tidak tertulisatau gentlemen agreement antar partai bahwa pengganti Jokowi, para capres yang akan bertanding pada 2024 haruslah ketua partai. Terbukti memiliki presiden yang bukan ketua partai dan hanya petugas partai, tetapi memiliki basis ril massa dan die hard di luar kader lebih merepotkan politisi dibalik panggung, karena ia punya massa, popularitas, daya tawar sehingga lebih susah dikendalikan oleh partai penyokong.

Saya tidak bisa mengonfirmasi kebenaran kabar itu, namun sebelum nama Anies didaulat Nasdem pada 3 Oktober lalu, nama yang sayup-sayup muncul adalah ketua partai. Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar, Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, dan Puan Maharani yang meskipun bukan ketua partai tapi anak Ketua Umum PDI Perjuangan, atau boleh lahdikata putri mahkota. Bahkan, Puan sudah jauh-jauh hari melakukan gerilya politik ke daerah-daerah sejak Juli tahun lalu.

Setelah nama Anies-yang bukan kader partai dan tidak memiliki hubungan darah dengan petinggi partai pengusung-ditetapkan oleh Partai Nasdem, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera, peta bursa calon presiden langsung buyar. Khususnya di kubu banteng moncong putih yang merupakan satu-satunya partai yang punya tiket untuk mengusung capres. Munculnya Anis-walaupun tidak disukai-sebetulnya menjadi jalan keluar tak terduga bagi Jokowi untuk memuluskan rencananya.

Elektabilitas jeblok Puan, munculnya nama Anies, elektabilitas tinggi Ganjar benar-benar menjadi jalan tol bagi Jokowi untuk menempatkan Megawati dalam situasi sulit, mencapreskan Ganjar dibandingkan putrinya sendiri. Tapi ini tidak mudah, pernah pada September silam ada yang disebut sebagai ‘Dewan Kolonel’, sebuah nama untuk elit PDI Perjuangan di parlemen yang merupakan loyalis Puan untuk maju Pilpres 2024, dan menjegal Ganjar. Bahkan, Ganjar yang sekarang dicalonkan pernah ‘diadili’ oleh partainya sendiri karena dianggap melanggar aturan perintah untuk tidak “kampanye’ keluar Jawa Tengah.

Pada akhirnya, Ganjar tak terbendung walaupun harus melewati berbagai drama. Catatan saya, drama paling besar, saking inginnya Jokowi agar PDIP mengusung Ganjar, adalah preseden seorang presiden menggelar acara relawan Gerakan Nusantara Bersatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta Pusat pada November silam. Disitulah Jokowi show force, ingin ‘menekan’ PDIP bahwa dia benar-benar ingin Ganjar menjadi penerusnya dibandingkan Puan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *