Daftar Donatur Palestina
Dan mama serta papamu benar, Sayang. Walau buah hati tidak bisa melihat, putri mereka ternyata mempunyai kelebihan lain. Di usia dua tahunan telah mampu menyanyikan lagu berbahasa Cina dengan lancar sekalipun tidak dengan sengaja diajari atau dilatih.
Kamu, Sayang, bisa mengulang apa yang kamu dengar dengan cepat tanpa kendala berarti.
Kedua orang tuamu yang tidak berhenti mencari ruang yang bisa kamu isi dengan sangat baik, segera menyadari anak mereka memiliki pendengaran, juga suara serta musikalitas yang jauh di atas rata-rata. Satu kelebihan yang secara nyata tidak dimiliki anak-anak lain bahkan dengan pancaindra sempurna.
Papa dan Mama langsung mengambil langkah untuk menata masa depan putri mereka.
Papa dan Mama langsung mengambil langkah untuk menata masa depan putri mereka. Berlatih musik, berlatih vokal, selain tetap menjalani sekolah sebagaimana anak lain. Mereka memilihkan sekolah umum agar dirimu terbiasa tidak berada di zona nyaman.
Namun, bukan sekadar sekolah, melainkan institusi pendidikan terbaik untukmu. Bahkan, meski harus berpindah kota demi mendukung masa depan putri yang mereka cintai. Pun tanpa ragu memutuskan berhenti bekerja agar bisa berkonsentrasi penuh mendukung masa depan sang buah hati.
Papa lalu menjadi produsermu, Mama menjadi fashion stylist yang menyiapkan segala sesuatu terkait penampilanmu dengan sebaik mungkin, tuturmu di satu podcast.
Dan perjuangan mereka, termasuk terus mengawal mimpimu, Sayang, terus menguatkan semangatmu agar tak kenal menyerah, agar tak berhenti berjuang mencari keterbaikan dirimu, ternyata tidak sia-sia.
Di usia delapan tahun, kesayangan mereka mengikuti audisi Indonesia’s Got Talent dan penampilanmu, seketika membuat juri dan penonton ternganga dan menangis.
Tidak tanggung-tanggung, penyanyi cilik di hadapan mereka muncul dan membawakan lagu ‘Listen’ dari Beyonce yang sangat menantang. Anggun C Sasmi, penyanyi Indonesia yang sudah malang melintang di permusikan dunia mengatakan iri dengan suara sang kontestan cilik.
Jay Subyakto terbata-bata saat memberi komentar. Segenap juri kehabisan kata-kata. Kamu, Sayang, menutup session 2 Indonesia’s Got Talent 2014 sebagai pemenang.
Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Terbayang saat itu betapa meledak dada kedua orang tuamu dengan kebanggaan akan prestasi putri mereka. Momen pengakuan itu baru awal dari sejumlah langkah tak terbendung yang kemudian kamu lakukan.
Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Terbayang saat itu betapa meledak dada kedua orang tuamu dengan kebanggaan akan prestasi putri mereka.
Di usia muda kamu tak hanya menyanyi, tapi lalu menciptakan lagu. Membuat debutmu. Di usia 17 tahun, kemampuan seorang Putri Ariani mendapat pengakuan Internasional.
Kini dirimu hadir menjadi salah satu kebanggaan dan inspirasi Indonesia, dan tentu saja kredit harus diberikan selain kepadamu untuk setiap air mata perjuangan yang mengiringi kerja keras tanpa lelah, juga kepada kedua orang tua.
Papa dan Mama yang tak berhenti memercayai putri kecil mereka akan membuka mata dunia. Saat pertama menyaksikan kehebatanmu, Dik, saya seketika teringat pada sosok pianis Korea Selatan bernama Hee Ah Lee.
Saya bersama suami membawa anak-anak untuk mendapatkan inspirasi sambil menikmati penampilan pianis yang mendapat julukan sebagai ‘The Four Fingered Pianist’ atau pemain piano dengan empat jari –ketika bukunya diluncurkan di Jakarta.
Hee Ah Lee, menderita ectrodactyly sejak lahir atau dikenal dengan lobster claw syndrome (sindrom capit lobster). Kedua tangan sang gadis hanya memiliki dua jari yang bentuknya menyerupai capit dan huruf “V”. Kedua kaki Hee Ah Lee pun hanya sebatas lutut.
Awalnya bermain piano adalah bagian dari terapi, tetapi semakin lama ibunya bisa merasakan bakat luar biasa. Ketekunan dan kegigihan terus dibangun sang ibu pada putrinya. Kerja keras anak perempuan itu dengan dukungan sosok ibu hebat membawa Hee Ah Lee berkeliling dunia untuk menunjukkan kebolehannya.
