Kultum 142: Merenungi Kesabaran Nabi Muhammad SAW

Merenungi Kesabaran Nabi Muhammad SAW
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Salah satu kualitas Muhammad sebagai Nabi dan utusan Allah adalah terletak pada kesabaran beliau. Kesabaran beliau itulah yang berperan sangat besar dalam menentukan keberhasilan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyampaikan risalah Islam dan menyeru manusia ke dalam agama Islam. Perjalanan yang penuh kesabaran ini dijalaninya selama kurun waktu hampir dua puluh tiga tahun.

Dalam masa itu, dia tidak pernah putus asa dan tidak meninggalkan panggilan Islam sampai mencapai tempat-tempat atau wilayah yang jauh, di mana Islam ditakdirkan untuk sampai. Dengan merenungi situasi demikan, kita dapat memahami makna kesabaran yang sejati pada Nabi Muhammad. Beliau bersabda,

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ:

لَوْ كَانَ الصَّبْرُ رَجُلاً لَكَانَ رَجُلاً كَرِيْمًا

Artinya:

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kesabaran itu adalah seorang laki-laki, maka sungguh ia adalah laki-laki yang mulia” (HR. Abu Nu’aim).

Kesabaran demikian juga merupakan model (contoh yang patut ditiru, untuk diikuti oleh setiap orang beriman di setiap bidang kehidupan. Satu dari wujud kesabaran beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ketika beliau dilecehkan oleh suku Quraisy selama tinggal di Mekah. Mereka memukulnya dan melemparkan isi perut unta kepada Nabi. Mereka juga mengutuk dan menuduh Nabi gila. Ada pula orang yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang penyihir hitam, seorang penyihir dan seorang penyair.

Mereka juga menyiksa para pengikut Nabi Muhammad dan memblokade Nabi dan para pengikutnya. Demikian juga sikap kaum kafir Quraisy terhadap bani Hasyim yang lain selama tiga tahun di Sho’ib Abi Thalib (tempat di antara dua gunung). Mereka bahkan bersepakat untuk membunuhnya serta mengirim seorang asassainator (pembunuh) untuk Nabi Muhammad. Tetapi Allah Subahanhu wata’ala selalu melindungi beliau.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam tetap bersabar dalam menanggung kesalahan kaum kafir Quraisy ini. Dia terus berdakwah, dan dalam waktu tiga tahun hanya ada empat puluh orang yang memeluk Islam dan mengikutinya. Mungkin pada saat-saat seperti itu, seruan beliau belum didasarkan pada mukjizat, fenomena yang ghaib, atau mungkin belum bisa dijelaskan.

Itulah juga yang mungkin menyebabkan ketika terjadi gerhana matahari, putranya yang bernama Ibrahim meninggal, maka orang-orang kafir Quraisy mengatakan bahwa gerhana itu terjadi karena kematian Ibrahim. Nabi Muhammad kemudian membantah dan mengatakan bahwa gerhana matahari adalah sebuah tanda dan kebesaran Allah. Dia melanjutkan bahwa gerhana matahari tidak terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang.

Jadi, Nabi Muhammad bersabar terhadap kebodohan dan kekasaran. Abdullah meriwayatkan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membagikan rampasan perang. Setelah itu seseorang berkata, ‘Ini adalah distribusi yang tidak mencari keridhaan Allah’. Saya datang kepada Rasulullah dan memberitahunya tentang hal itu, wajahnya memerah karena marah”. Dia lantas berkata, “Semoga Allah merahmati Nabi Musa, dia disiksa lebih dari ini, tapi dia tetap sabar” (HR. Ahmad).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *