Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Pembaca yang dirahmati Allah,
Hajinews.id – Syirik yang paling umum adalah syirik uluhiyyah, yaitu yang umumnya dilakukan manusia dengan menyekutukan Allah Subhanahu wata’ala. Coba saja kita lihat. Ada orang yang berdo’a kepada selain Allah di samping berdo’a kepada Allah Subahanahu wata’ala. Jadi singkatnya, syirik jenis uluhiyyah adalah di samping berdoa kepada Allah juga percaya bahwa kekuatan yang lain dalam hatinya. Oleh karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allah Subhanahu wata’ala berarti dia memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang sangat besar.
Dalam hal demikian, Allah Subahanahu wata’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar’ (QS. Luqman, ayat 13).
Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ (ثَلَاثًا)، قَالُوْا:
بَلَى، يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: اَلْإِشْرَاكُ بِاللهِ
وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ -وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا
فَقَالَ-: أَلَا وَقَوْلُ الزُّوْرِ. قَالَ: فَمَا زَالَ
يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Artinya:
Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar? (Beliau mengulanginya tiga kali) Mereka (para Shahabat) menjawab, tentu saja, wahai Rasulullah, beliau bersabda, “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua”, ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak seraya bersabda, “Dan ingatlah (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi berkata, “beliau terus mengulanginya hingga kami berharap beliau diam”.