Sunnah Sebelum Wukuf di Arafah, Kenapa Pemerintah Tak Fasilitasi Ibadah Tarwiyah di Mina?

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Meski mempersilahkan jemaah haji melakukan ibadah sunnah tarwiyah, pemerintah Indonesia tidak memfasilitasi ibadah tersebut. Tarwiyah merupakan ibadah sunnah yang dilakukan sehari sebelum Wukuf di Arafah.

Jemaah akan bermalam di Mina pada 8 Zulhijjah dan baru keluar menuju Arafah setelah terbit matahari pada 9 Zulhijjah. Hingga 22 Juni 2023 pukul 10.00 WAS, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mencatat, sebanyak 15.186 akan melaksanakan ibadah tarwiyah.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Ulama sepakat ibadah tarwiyah adalah sunnah, tidak sampai wajib,” ujar Konsultan Ibadah PPIH Arab Saudi, KH Imam Khoiri di Makkah, belum lama ini.

Karena sunnah, meninggalkan ibadah tarwiyah tidak berpengaruh pada keabsahan manasik haji. Apalagi dalam praktiknya, jamaah yang melakukan tarwiyah di Mina sesungguhnya tidak sama persis dengan apa yang dilakukan Rasulullah. Rasulullah Saw berangkat ke Mina pada 8 Zulhijjah dalam rangka mendapatkan bekal air minum untuk persiapan menuju Arafah yang kering dan gersang.

“Kalau sekarang (berangkat 8 Zulhijjah) jelas tidak mungkin. Sebab, seluruh pergerakan jamaah yang ada di Makkah sedang menuju ke Arafah. Sehingga jamaah yang ke Mina ini berangkatnya lebih awal di tanggal 7 malam atau 7 sore, kemudian tanggal 9 pagi ke Arafah,” kata Imam di Makkah, Selasa (20/6/2023).

Potensi Gagal Wukuf Pemerintah sejak awal sudah mengingatkan jamaah haji bahwa PPIH Arab Saudi tidak memfasilitasi penyelenggaraan ibadah tarwiyah di Mina. PPIH Arab Saudi pada 8 Dzulhijjah (26 Juni 2023) akan fokus pada mobilisasi lebih dari 200.000 jamaah dari Makkah ke Arafah. Menurut Ketua PPIH Arab Saudi, Subhan Chalid, sebagai hak individu pemerintah tidak bisa melarang ibadah tarwiyah. Meski juga tidak menganjurkan karena ada kemaslahatan kolektif yang mesti diselamatkan.

Direktur Bina Haji dan Umrah Ditjen PHU Kementerian Agama, Arsad Hidayat, juga melihat ketidakmungkinan secara teknis pergerakan massa demikian besar dilakukan ke Mina dan Arafah dalam satu hari sekaligus.

“Mobilisasi jamaah dari pemondokan ke Arafah saja itu butuh waktu pagi sampai jam 12 malam. Kita tidak bisa membayangkan jika mobilisasi jamaah sebegitu banyak harus dilakukan di dua tempat, ke Mina dulu lalu ke Arafah,” tuturnya.

Mobilisasi jamaah yang dilakukan pada 26 Juni melibatkan 21 bus yang bergerak dalam tiga trip. Sekali trip, jamaah yang terangkut kurang lebih 63.000. Artinya, baru ada sekitar 189.000 jamaah yang terangkut bus dalam tiga trip. Ini di luar jamaah haji dan petugas.

“Proses ini saja membutuhkan waktu 17 jam mulai dari 07.00 sampai 24.00,” ungkap dia. Dengan skema tersebut, jika ada pengangkutan jamaah dari Mina ke Arafah dalam jumlah 50.000-100.000 pada 27 Juni, akan memecah konsentrasi petugas dan sebagian jamaah berpotensi kehabisan waktu wukuf.

Karena itu, menurut Imam Khoiri, pemberian fasilitas ibadah tarwiyah berpotensi mengorbankan ibadah wajib, yakni wukuf di Arafah sebagai inti ibadah haji. Akibat berbagai risiko tersebut, pemerintah mensyaratkan adanya penandatanganan surat komitmen dan pendaftaran.

Jemaah yang berkukuh melakukan tarwiyah di Mina diminta siap menanggung sejumlah risiko. Misalnya biaya perjalanan, konsumsi, penginapan, hingga kemungkinan tak dapat layanan kesehatan dan bimbingan ibadah selama di Mina pada tanggal itu.

Jamaah yang melakukan ibadah tarwiyah umumnya akan menjalin kerja sama dengan pihak markaz, yakni kantor yang diberi kewenangan pemerintah Arab Saudi untuk mengurus penyiapan layanan bagi jamaah haji. Tentu, biaya menjadi tanggung jawab masing-masing individu atau kelompok.

Menurut data PPIH Arab Saudi, dari 15.000 lebih jamaah yang mendaftar, 108 di antaranya akan melakukan ibadah tersebut dengan jalan kaki, tanpa terikat kontrak dengan markaz. Arsad Hidayat menambahkan, tidak memfasilitasi bukan berarti negara sama sekali tidak peduli. Karena itulah pendaftaran ditetapkan sebagai syarat sebagai langkah pengawasan dan mitigasi risiko. Sejumlah petugas juga akan dikirim untuk memantau jamaah haji di Mina.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *