Kultum 147 : Bulan Dzulhijjah yang Sering Terabaikan

Bulan Dzulhijjah yang Sering Terabaikan
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Mungkin karena Ramadan dua bulan lalu lebih semarak dan lebih membuat umat Islam di Indonesia bersemangat, maka bulan Dzulhijjah jadi agak terabaikankan. Memang di Indonesia, suasana semarak ibadah terjadi di bulan Ramadan. Salah satu buktinya adalah masjid-masjid  yang biasanya sepi, mendadak membludak di awal Ramadan.

Di bulan Ramadan, jamaah salat Subuh yang umumnya dihadiri satu shaf bahkan kurang dari itu, menjadi dua atau tiga bahkan 4 shaf. Orang yang malas salat berjamaah di masjid pun akan ikut berlomba salat berjamaah di masjid. Peristiwa demikian hanya bisa dijumpai di bulan Ramadan.

Tapi sayang sekali suasana semarak ibadah demikian tiba-tiba hilang begitu saja saat Ramadan berakhir. Ada kesan bahwa seolah bulan suci untuk ladang pahala hanyalah bulan Ramadan. Sedangkan bulan Dzulhijjah, belum seperti tiu atau mungkin terabaikan.

Masyarakat kita belum banyak yang memahami bahwa di bulan Dzulhijjah, amal sahlih juga dilipat gandakan. Pahala di bulan Zulhijjah juga dilipat gandakan sebagaimana pahala yang dijanjikan ketika Ramadan. Dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

شَهْرَانِ لاَ يَنْقُصَانِ، شَهْرَا عِيدٍ:

رَمَضَانُ، وَذُو الحَجَّةِ

Artinya:

Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak akan berkurang, keduanya dua bulan hari raya, bulan Ramadlan dan bulan Dzulhijjah (HR. Bukhari no. 1912 dan Muslim no. 1089).

Tampakanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyandingkan bulan Dzulhijjah dengan Ramadan untuk memotivasi umat Muslim. Beliau menyebutkan bahwa pahala amal iabadah di dua bulan ini tidak berkurang. Adapun rentang waktu yang paling mulia adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Dalam surat al-Fajr, Allah berfirman, وَ الْفَجْرِ * وَلَيَالٍ عَشْرٍ  “Demi fajar, dan demi malam yang sepuluh” (QS. Al-Fajr, ayat 1 – 2).

Ibnu Rajab menjelaskan bahwa malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Demikian tafsir yang benar dan tafsir yang dipilih mayoritas ahli tafsir dari kalangan sahabat dan ulama setelahnya. Lebih dari itu, tafsir inilah yang sesuai dengan riwayat dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma.

Dalam surat al-Fajr ayat 1 – 2 tersebut, Allah bersumpah dengan menyebut sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Hal ini menunjukkan keutamaan sepuluh hari tersebut. Karena semua makhluk yang Allah jadikan sebagai sumpah, adalah makhluk istimewa, yang menjadi bukti kebesaran dan keagungan Allah.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *