Daftar Donatur Palestina
Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Pembaca yang dirahmati Allah,
Hajinews.id – Sesuai sumpahnya, syetan akan dan sedang terus berusaha menyeret anak cucu Adam ke dalam perangkapnya tanpa lelah dan menyerah. Jika mereka merasa lelah mengganggu para ahli ibadah dengan syhawatnya, maka syetan akan menggoda ahli ibadah dari sisi niat ibadahnya. Jika itu gagal, maka mereka akan mencari cara yang lain untuk bisa mengajak anak Adam kepada dosa.
Di dalam sebuah kisah, seorang sahabat bernama Ma’qil bin Yasar mengatakan bahwa dia pergi bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq ke tempatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda, “Wahai Abu Bakar, syirik itu di dalam diri kalian lebih tersembunyi dari jalannya semut”. Astaghfirullah, sungguh luar biasa hebat daya dan upaya syetan dalam menggoda anak cucu Adam.
Yang dimaksud Nabi di sini adalah riya, yakni keinginan untuk dilihat orang, keinginan untuk dipuji. Itulah yang lebih tersembunyi dari jalannya semut. Lalu Abu Bakar menanyakan,
وَهَلِ الشِّرْكُ إِلاَّ مَنْ جَعَلَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ؟
Artinya:
Bukankah syirik itu orang yang menyekutukan Allah?
Mendengar pertanyaan seperti ini, kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ،
لَلشِّرْكُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ
Artinya:
Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh syirik itu lebih tersembunyi daripada jalannya semut.
Sebagian ulama menjelaskan, yang dimaksud dengan ‘syirkul khafi’ adalah syirik tersembunyi. Kita semua tahu bahwa orang-orang yang ahli ibadah mungkin sudah membuat syetan capek untuk menggoda orang ini dari sisi syahwatnya. Karena itu syetan akan menggoda ahli ibadah dari sisi yang tersembunyi, yaitu niat ibadahnya.
Salah satu penyakit berbahaya dalam diri setiap orang adalah riya atau pamer kebaikan. Pada dasarnya, riya merupakan tindakan menarik perhatian atau menarik rasa hormat. Riya juga berarti mengerjakan suatu amalan lantaran mengharap pujian dan sanjungan orang lain, bukan didasarkan pada keikhlasan. Di era medsos seperti sekarang ini, media sosial telah menjelma menjadi tempat yang sangat potensial untuk memamerkan berbagai kegiatan ibadah.
Jadi, pamer atau riya ini berlaku tidak hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya, termasuk media sosial. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa pada umumnya, istilah riya terkhususkan untuk perbuatan menarik perhatian dan posisi kehormatan di hati orang lain dengan ibadah. Jadi, riya adalah tujuan mendapat perhatian sesama hamba dengan memakai ketaatan kepada Allah.
