Gus Yahya: Ada 3 Kiai Maha Guru di Awal Abad Ke-20

Ada 3 Kiai Maha Guru di Awal Abad Ke-20
Gus Yahya
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan bahwa pada awal abad ke-20 ada 3 kiai atau ulama dan tiga pesantren yang disebutnya sebagai guru besar dari santrinya

Saat itu banyak pesantren yang berkembang, namun para santri yang berpindah-pindah dari satu pesantren ke pesantren lainnya selalu datang untuk mengaji kepada ketiganya dan kiai pesantren tersebut.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

3 kiai yang memiliki spesialisasinya masing-masing ini adalah pertama Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yang ‘diburu’ sanad haditsnya karena beliau adalah seorang muhaddits.

“Semuanya mencari sanad hadits dari Hadratussyekh Kiai Muhammad Hasyim Asy’ari. Biasanya itu secara terus-menerus rutin mengkhatamkan Bukhari-Muslim dan mengijazahkan sanad,” jelasnya saat melantik Pengurus Cabang Nadhlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pacitan 2023-2028 di Pendopo Kabupaten, Sabtu (24/6/2023).

Para santri ini juga, lanjut Gus Yahya, dalam rangka menerima silsilah keramat. “Karena Hadratussyekh pada waktu itu memang ya sudah jatahnya Gusti Allah menjadi simpul keramat Nusantara waktu itu,” ungkapnya tentang Pendiri Pesantren Tebuireng, Jombang ini.

Hal ini juga ia dengar langsung dari KH Maimoun Zubair yang menyatakan bahwa pondok pesantren jika ingin bisa lama keberadaannya, maka kiainya harus mencari sanad Tebuireng.

Ini juga sebabnya KH Wahab Chasbullah yang pada waktu itu sudah menjadi pemikir dan aktivis yang jenius pada masanya, tidak berani melakukan inisiatif apapun tanpa persetujuan dan restu dari KH Hasyim Asy’ari.

Kiai kedua adalah KH Dimyati, Pondok Pesantren Termas yang memiliki spesialisasi fiqih. Dulu, menurutnya, seorang kiai belum dianggap tahu tentang fiqih secara baik jika belum ngaji kepada Kiai Dimyati.

“Yang ketiga itu adalah Kiai Cholil Harun dengan spesialisasi ilmu alat yang ada di Kasingan, Rembang sana. Yang kebetulan adalah kakek buyut saya sendiri,” jelasnya dalam video acara tersebut diunggah kanal Youtube NU Online.

Gus Yahya menyebut bahwa kebesaran NU sampai saat ini tidak terlepas dari para kiai yang belajar membaca tanda-tanda alam. Para kiai, jika melihat ada potensi atau tanda-tanda potensi kemuliaan, mereka tidak segan-segan untuk ber-tafaul dan mendekatkan diri pada sumber kemuliaan.

“Dengan harapan bisa mendapatkan berkah dari sumber kemuliaan,” jelasnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *