Kultum 155: Tumbal dan Sesajen Adalah Tradisi Syirik

Tumbal dan Sesajen Adalah Tradisi Syirik
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Kata ‘tumbal’ merupakan kata dalam kelompok kelas nomina atau kata benda. Dengan demikian, kata ‘tumbal’ dapat menyatakan nama seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata ‘tumbal’ berarti ‘kurban’, atau ‘persembahan’ untuk memperoleh sesuatu (biasanya yang lebih baik). Contoh yang popular dari penggunaan kata ini adalah, “Mereka yang gugur itu merupakan tumbal negara”. Tumbal biasanya diidentikkan dengan frasa ‘tolak bala’. Jadi tumbal biasanya dipakai untuk menolak bala, penyakit, dan sebagainya.

Makna kata tumbal berbeda dengan sesajen. Sesajen atau semahan biasanya berupa makanan atau benda lain (seperti bunga dan dupa) yang dipersembahkan dalam upacara bersaji. Jadi, bersaji adalah upacara yang dilakukan dengan tujuan berkomunikasi atau berinteraksi dengan makhluk gaib.

Sesajen merupakan sarana komunikasi masyarakat kepada kekuatan tertinggi yang telah memberi kehidupan dan yang menjadi pusat harapan atas berbagai keinginan positif masyarakat. Dengan demikian, sesajen merupakan sarana komunikasi masyarakat kepada kekuatan-kekuatan gaib yang menurut pemahaman masyarakat telah melindungi mereka selama ini.

Sesajen dapat berupa berbagai macam benda, namun umumnya berupa makanan. Sebagian sesajen berupa benda-benda khusus yang dipercaya disukai oleh sang kekuatan tertinggi atau kekuatan gaib yang diajak berkomunikasi.

Adapun tumbal biasanya dilakukan dengan mempersembahkan sesuatu kepada makhuk halus (umumnya jin) yang dianggap sebagai penunggu atau penguasa tempat keramat tertentu. Perbuatan mempersembahkan tumbal juga merupakan kebiasaan syirik (menyekutukan Allah Azza waJalla dengan makhluk). Di Indonesia dan berbagai daerah lain di seluruh dunia hal ini sudah berlangsung turun-temurun.

Mereka yang mempersebahkan tumbal atau sesajen meyakini bahwa makhluk halus tersebut punya kekuatan untuk memberikan kebaikan berupa rezeki, jodoh, anak dan lainnya. Sebaliknya, makhluk halus tersebut juga bisa menimpakan malapetaka kepada siapa saja, sehingga dengan mempersembahkan tumbal atau sesajen tersebut mereka berharap dapat meredam kemarahan makhluk halus itu dan agar segala permohonan mereka dipenuhinya.

Ritual seperti ini sudah berkembang sejak jaman jahiliyah sebelum Allah Subhanahu wata’ala mengutus Rasul Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menegakkan tauhid. Tauhid adalah peribadatan atau penghambaan diri hanya kepada Allah Azza wajalla semata dan menolak serta memerangi syirik dalam segala bentuknya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ

بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

Artinya:

Dan bahwasanya ada beberapa orang dari (kalangan) manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan (QS. al-Jin, ayat 6).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *