Merinding! Pulau Jawa Jadi Medan Pertarungan Capres di Pilpres 2024

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan 204.807.222 pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu 2024. Pulau Jawa tetap menjadi penyumbang pemilih terbanyak.

Rinciannya Jawa Barat dengan 35.714.901 pemilih, Jawa Timur 31.402.838 pemilih, Jawa Tengah 28.289.413 pemilih, Banten 8.842.646 pemilih, DKI Jakarta 8.252.897 pemilih, dan DI Yogyakarta 2.881.969 pemilih.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan dengan kondisi yang tak jauh dari Pilpres 2019 lalu, Jawa masih menjadi medan pertempuran.

Mereka bakal matian-matian meraih suara di tiga provinsi yang memiliki suara besar, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

“Setidaknya untuk membuyarkan dominasi PDIP,” kata Dedi kepada CNNIndonesia.com, Senin (3/7).

Dedi menyebut partai politik yang telah mengusung capres akan melancarkan sejumlah strategis untuk mendulang suara di Pulau Jawa.

Menurutnya, Prabowo Subianto tetap akan menyasar wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur. Koalisi Prabowo sadar mereka tak bisa meraup suara maksimal di Jawa Tengah.

Sementara, kata Dedi, koalisi pengusung Anies Baswedan, akan menjadikan Jawa Tengah sebagai medan pertempuran baru.

“Hal ini sudah terlihat di Iduladha kemarin, Anies berkurban di Kudus Jateng, dan Prabowo sasar Jabar juga Jatim. Sementara Banten akan menjadi wilayah yang tidak begitu heroik,” ujarnya.

Dedi mengatakan partai politik di luar PKB, PDIP dan Gerindra akan melakukan banyak uji coba strategi, terkhusus di kalangan pemilih muda di Jawa Barat dan Jawa Timur. Ia menilai kalangan muda akan menjadi target utama setiap partai politik.

“Sementara di Jateng, pendekatannya lebih ke arah religiusitas, dan sasarannya adalah wilayah yang memang tidak merah,” lanjutnya.

Dedi berpendapat semua partai politik mempunyai tantangan untuk meyakinkan pemilih muda untuk menerima gagasan politik. Ia menilai kelompok muda rumit.

“Kelompok muda itu dalam praktik propaganda mereka akan ramai karena mudah tergoda untuk berada di satu kelompok, mereka mengikuti tren keriuhan dari kampanye, tetapi senyap di TPS [Tempat Pemungutan Suara] karena mereka belum tentu secara mayoritas akan datang ke TPS dan memilih pada hari pemungutan,” katanya.

Dedi menambahkan bakal capres dan cawapres juga tidak begitu dominan dalam menentukan dukungan. Namun, ia menggarisbawahi khusus untuk Jawa Timur di mana bakal calon bisa menarik massa.

“Misalnya tokoh NU bisa menarik massa untuk di Jatim,” ujarnya.

sumber

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *