Kerusuhan di Prancis, Erdogan: Rasisme dan Islamofobia Melahirkan Kekerasan

Erdogan Usir 10 Dubes, Mata Uang Turki Cetak Rekor Terendah Sepanjang Masa (FOTO: MNC Media)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (3/7/2023) mengatakan, kerusuhan nasional Prancis disebabkan rasisme institusional, Islamofobia, dan masa lalu kolonial Prancis. Prancis diguncang gelombang protes dan kerusuhan nasional yang dipicu oleh penembakan polisi terhadap seorang remaja keturunan Aljazair berusia 17 tahun.

“Terutama di negara-negara yang dikenal dengan masa lalu kolonialnya, rasisme budaya telah berubah menjadi rasisme institusional,” ujar Erdogan, dilaporkan Al Arabiya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Akar dari peristiwa yang dimulai di Prancis adalah arsitektur sosial yang dibangun oleh mentalitas ini. Sebagian besar imigran yang dikutuk untuk tinggal di ghetto, yang ditindas secara sistematis, adalah Muslim,” kata Erdogan.

Erdogan menambahkan, rasisme di Prancis telah melahirkan kekerasan dan memicu peristiwa memilukan yang saat ini masih berlangsung. Erdogan memperingatkan otoritas Prancis untuk memperhatikan budaya rasisme tersebut.

“Jalanan tidak bisa menjadi sarana untuk mencari keadilan. Namun, jelas bahwa pihak berwenang juga harus belajar dari ledakan sosial tersebut,” ujar Erdogan.

Kerusuhan sipil Prancis telah mengakibatkan larangan demonstrasi di beberapa kota, imbauan perjalanan, dan argumen tentang bias rasial dalam penegakan hukum. Pengunjuk rasa membakar kendaraan, merusak bangunan, dan terlibat dalam konfrontasi kekerasan dengan polisi anti huru hara. Krisis ini memaksa Presiden Emmanuel Macron untuk mengadakan pertemuan darurat dengan para menteri

Para pengunjuk rasa mengacungkan plakat yang menyatakan “polisi membunuh”. Mereka menyerang dan merusak struktur pemerintah. Hal ini mencerminkan kebencian yang meluas atas prasangka rasial.

Kekerasan yang meluas membuat otoritas Prancis melakukan tindakan keras. Polisi mengerahkan lebih dari 40 ribu petugas secara nasional. Sementara ribuan orang yang terkait dengan kekerasan telah ditangkap, dan ratusan petugas penegak hukum menderita luka-luka.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *