Hajinews.id – SUATU hari ketika sedang duduk bersama kawan-kawannya, Abu Nawas memberi sebuah nasihat tentang bahaya fitnah. Dalam ajaran agama Islam dijelaskan bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan.
Lalu salah satu kawan bertanya kepada Abu Nawas. “Wahai Abu Nawas, bukannya fitnah hanya dilakukan oleh mulut, tidak mengakibatkan cacat, tidak pula mengeluarkan luka yang dapat mengeluarkan darah, tapi kenapa dianggap lebih kejam daripada pembunuhan?” ucap salah satu kawan, seperti dikutip dari kanal YouTube Humor Sufi Official, Selasa (11/7/2023).
“Sedangkan pembunuhan bukan mengakibatkan cacat, tapi sampai menghilangkan nyawa seseorang,” sambung kawan itu lagi.
Abu Nawas pun menjawab bahwa dampak yang ditimbulkan dari fitnah sangatlah besar, bahkan bisa mengakibatkan peperangan. Kawan Abu Nawas yang bertanya itu makin penasaran dengan penjelasan tersebut.
“Masak sih Abu Nawas? Bisakah kau buktikan ucapanmu itu. Aku sendiri tidak pernah mendengar kisah tentang bahayanya sebuah fitnah,” tanya kawan Abu Nawas.
Abu Nawas lalu menerangkan sebuah kisah yang pernah diceritakan oleh Hamad bin Salamah Radiyallahu Anha.
Dahulu ada seorang saudagar kaya ingin membeli budak. Pergilah dia menemui sang penjual. Saat akan memilih budak itu, ia mendapati rata-rata memiliki cacat dan sudah tua.
Namun ada satu budak yang masih muda, badannya bersih dan tidak memiliki cacat.
“Aku mau budak yang itu saja,” kata saudagar kaya tersebut kepada si penjual.
“Apa tuan yakin, dia memang masih muda dan tidak cacat, tapi dia adalah budak yang suka fitnah,” tutur si penjual.
Akan tetapi, saudagar kaya itu tidak menghiraukan imbauan dari penjual tadi. Ia tetap membeli budak tersebut.
Baru beberapa hari bekerja dengan saudagar kaya, budak itu mulai melakukan kebiasaannya yaitu menebar fitnah.
Budak itu mendatangi istri saudagar kaya. “Sesungguhnya suamimu tidak mencintaimu, ia hendak menikahi wanita lain, dan akan menjadikanmu sebagai budak,” ujar budak tersebut kepada istri saudagar kaya.
Istri saudagar terkejut mendengarnya. “Mana mungkin, bagaimana kau tahu?” tanyanya merasa penasaran.
“Karena setiap kali aku diajak suamimu, ia menemui perempuan yang akan dijadikan istrinya,” jawab si budak.
Istri saudagar kaya itu pun terlihat gelisah. Dia terdiam sambil menahan sakit di hatinya.