Mantan Menkeu Sebutan Kriteria Capres, Tak Perlu Jago Ekonomi

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Ekonom senior Indonesia, Chatib Basri, yang juga mantan menteri keuangan mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pemimpin pengganti Presiden Joko Widodo yang betul-betul bisa membuat Indonesia bisa terlepas dari jebakan negara berpendapatan menengah sebelum bonus demografi menyusut mulai 2025 sampai 2050.

Ancaman middle income trap dan aging population di tengah ketidakpastian perekonomian global itu kata dia adalah kondisi nyata yang harus dihadapi calon presiden 2024. Bila presiden pengganti Jokowi nanti gagal membuat ekonomi Indonesia tumbuh di atas 6% pada periode itu, ia memastikan hingga 100 tahun kemerdekaan Indonesia tak akan pernah menjadi negara maju.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ekonom senior Indonesia, Chatib Basri, yang juga mantan menteri keuangan mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pemimpin pengganti Presiden Joko Widodo yang betul-betul bisa membuat Indonesia bisa terlepas dari jebakan negara berpendapatan menengah sebelum bonus demografi menyusut mulai 2025 sampai 2050.

Ancaman middle income trap dan aging population di tengah ketidakpastian perekonomian global itu kata dia adalah kondisi nyata yang harus dihadapi calon presiden 2024. Bila presiden pengganti Jokowi nanti gagal membuat ekonomi Indonesia tumbuh di atas 6% pada periode itu, ia memastikan hingga 100 tahun kemerdekaan Indonesia tak akan pernah menjadi negara maju.

Dengan tantangan seperti itu, Chatib Basri menegaskan, setidaknya calon presiden ke depan haruslah memiliki dua kriteria. Pertama adalah memiliki pemahaman yang kuat dan kemampuan secara aktif untuk terlibat dalam isu-isu geopolitik, karena tantangan dunia masih penuh dengan ketidakpastian ke depan.

Kedua, presiden mendatang juga harus memiliki kemampuan eksekusi yang baik. Sebab, menurut dia, Indonesia sudah memahami masalah besar bangsanya yang perlu diselesaikan dalam waktu singkat dan cepat, yaitu terlepas dari jebakan negara berpendapatan menengah dan menjadi negara maju 2050 dengan mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 6% tiap tahun.

“Jadi itu yang saya kira penting. Sebetulnya pertanyaan ini jawaban dari semua presiden sebelum-sebelumnya juga begitu, artinya kalau ditanya dalam frame berarti jawabanya normatif karena setiap pemilu jawabannya itu orang yang paham luarnya dan punya leadership eksekusi,” tutur Kepala BKPM periode 2012-2013 itu.

Meski tantangan terberat ke depan pada aspek ekonomi, Chatib Basri menegaskan, Indonesia tidak membutuhkan sosok pemimpin yang mengetahui secara teknis persoalan ekonomi, atau orang yang merupakan pakar dan ahli di bidang itu. Maka, yang hanya dibutuhkan adalah sosok presiden yang memiliki kepemimpinan kuat.

“Jangan lupa semua presiden itu bukan orang teknis. dia cukup seseorang yang bisa mendengarkan, memahami garis besar kemudian dia bisa bikin decision. Contoh Pak Soeharto, punya background ekonomi enggak? praktis Pak Widjojo Nitisastro dan Ali Wardhana, tapi dia bisa jadi leader,” tegasnya.

“Jadi kemampuan leadership sebetulnya ya, jadi dia dengerin orang, dia pilih yang benar, punya tim kuat, itu yang akan menentukan. Kemudian dia lihat oke, dia bikin decision, dia eksekusi, itu yang jadi kuncinya kalau kita belajar dari pengalaman lalu,” ungkap Chatib Basri.

Menjelang Pemilu 2024, setidaknya sudah ada tiga nama capres yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Di antaranya adalah Anies Baswedan yang didukung koalisi NasDem-Demokrat-PKS, Ganjar Pranowo yang diusung PDIP-PPP, serta Prabowo Subianto yang telah dideklarasikan poros Gerindra-PKB.

sumber

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *