Disway: Durian Baret

Durian Baret
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Sore itu saya tidak hanya tidak makan. Saya juga harus  mengosongkan perut dan energi. Maka pada pukul 16.00 saya melatih senam-dansa. Kuras tenaga. Yang saya latih: dua pelatih senam Pontianak. Tentu mereka mampu senam lebih hebat dari saya. Tapi ini senam dansa. Senam Disway. Beda. Mereka belum kenal gerakan Senam Disway.

Latihan itu diperlukan karena Selasa pagi saya diminta senam bersama masyarakat Tionghoa di mal seberang Golden Tulip. Sekaligus menandai berdirinya Disway Kalbar, yang dipimpin anak umur 25 tahun: Adhitya. Ia alumnus Universitas Profesor Surya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Yang bikin saya grogi: seorang Kakanwil di Kalbar mau gabung di senam itu. Wanita. Cantik. Lima i. Modis: Andi Tenri Abeng.

Apalagi si cantik akan mengerahkan pegawai BPN Kalbar untuk ikut sehat.

Maka saya telepon Nicky dan Pipit –sahabat Perusuh Disway. Harus ke Pontianak. Ikut jadi pelatih. Cari pesawat apa saja. Lewat mana saja. Yang penting dalam 8 jam harus tiba di Pontianak.

Semua pesawat penuh. Yang lewat Jakarta penuh. Yang lewat Yogyakarta penuh. Yang lewat Solo penuh.

Berarti saya sendiri yang akan jadi pelatih senam itu. Maka saya cari pelatih senam lokal yang bisa dijadikan korban. Ketemu. Dua wanita muda. Cantik semua. Mereka siap jadi korban. Mereka hanya minta dilatih dulu. Selama 1 jam.

Gak masalah.

Mereka cerdas-cerdas.

Langsung bisa.

Seorang pelatih senam memang bisa langsung menirukan gerakan baru seperti apa pun. Pun dengan hanya melirik gerak kaki saya sesapuan. Mereka langsung tahu akan ke mana gerak berikutnya. Apalagi dirangsang dengan irama lagu yang ngebit: Xiao Ping Guo, Nehi Nehi, Mati Lampu, Kereta Malam, Twist Again, dan lain-lain.

Ternyata Pipit bisa tiba di Pontianak. Ia nyanggong di bandara menunggu ada penumpang yang batal ke Pontianak.

Senam pun semarak. Satu jam penuh. Setelah itu mereka saling minta foto bersama dengan Kakanwil. Sesi foto itu rasanya lebih lama dari senamnya.

BPN memang lagi mengenalkan seragam baru: baret hitam. Baret itu sebagai pengganti peci miring.

Menteri Pertanahan dan Agraria yang baru ingin membuat seluruh pegawai BPN lebih sigap. Sang menteri memang jenderal bintang empat: Hadi Tjahjanto.

Dengan seragam baru itu semua pegawai juga harus apel lagi. Tiga kali seminggu: Senin, Selasa, Rabu.

Karena masih baru, banyak pegawai yang kurang pas dalam mengenakan baret hitamnya.

Kakanwil Andi Tenri Abeng keliling ke barisan apel: membetulkan posisi baret yang masih kurang presisi. “Lain kali waktu memakai baret sambil becermin ya,” pintanyi.

Urusan pertanahan kelihatannya memerlukan pegawai yang semakin sigap. Tidak boleh ada pegawai miring seperti topi yang lama. Urusan pertanahan terlalu ruwet.

Peci sebenarnya boleh miring tapi hukum tanah harus tegak. Kini topi pun tidak boleh miring.

Selamanya.

Sudah diganti baret.

Siapa tahu baret hitam itu bisa meresap sampai ke dalam kepala: tegas, disiplin, tidak luntur, enak dilihat –terutama karena kinerja barunya. (Dahlan Iskan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *