Rezim dan Buzzer Disebut Tak Henti Buat Framing Kinerja, Anies Baswedan Malah Unggul Telak di Polling Terbaru ILC

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Beberapa pekan ini, nama Anies Baswedan tampaknya semakin hangat diperbincangkan. Setelah JIS “diobok-obok” kemudian didengungkan secara besar-besaran oleh sejumlah pegiat media sosial yang diketahui rutin menyindir Anies, nama mantan Gubernur DKI Jakarta itu justru semakin populer.

Itu terbukti dari polling terbaru Indonesia Lawyers Club (ILC). Polling yang masih berlangsung saat berita ini ditulis kembali menunjukkan suara mayoritas menginginkan Anies Baswedan jadi presiden.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“#PollingILC Setelah Presiden Jokowi menanyakan ke Surya Paloh, siapa Cawapres Anies? Anies pun melenggang. Lantas, siapa Capres pilihan anda?,” demikian tulis akun twitter resmi ILC, @ILCTalkshow, dikutip Jumat (21/7/2023) beberapa saat lalu.

Dari tiga nama berturut-turut Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan, dipampang untuk dipilih pengguna twitter. Hingga pukul 22:04 WIB polling yang masih berlangsung itu menunjukkan nama Anies Baswedan meraih suara signifikan sebesar 81,7 persen, disusul Prabowo 13,3 persen, dan Ganjar 5,1 persen.

Sementara itu, menurut pemerhati sosial politik, Sulung Nof, jajak pendapat (polling) merupakan instrumen survei yang umumnya digunakan untuk mengukur opini publik. Opini publik dipengaruhi oleh beberapa variabel, di antaranya media. Dan media digunakan sebagai alat untuk mempublikasi aktivitas kampanye, baik kampanye produk, sosial, maupun politik.

“Dalam dunia demokrasi modern, jajak pendapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran besar calon pemilih dari kandidat tertentu sebagai modal dasar dalam kerja elektoral serta melakukan penetrasi ke basis massa yang diprediksi masih kurang memberikan insentif dukungan suara secara signifikan,” urai Penulis Buku The Golden Teacher: 7 Poin Menjadi Guru yang Memikat Hati, ini, melalui keterangannya ke fajar.co.id.

Salah satu metode jajak pendapat yang digunakan lembaga survei saat Pemilu adalah Exit Poll. Jajak pendapat ini dilakukan usai pemilih keluar dari Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dengan demikian hasil Pemilu dapat diperkirakan lebih cepat untuk disajikan kepada masyarakat tanpa harus menunggu sekian waktu.

Menariknya, jajak pendapat yang saat ini dijadikan alternatif sebagai data pembanding hasil survei dihakimi sebagai hiburan semata. Dalilnya, jajak pendapat dianggap tidak memenuhi unsur metodologi yang ketat dan akurat selayaknya survei. Sehingga para surveyor merasa percaya diri karena para politisi sudah ‘beriman’ dengan hasil survei.

Kilas balik Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 sewindu lalu, hasil survei Anies-Sandi cenderung jeblok dibanding Ahok-Djarot. Namun pada saat yang bersamaan, suara Anies-Sandi lebih unggul dalam jajak pendapat yang difasilitasi oleh sejumlah media massa seperti Medcom, Viva, dan Berita Satu. Mengutip dari Medcom, hasil jajak pendapat melalui akun Twitter @Metro-TV yang diikuti 11.073 pemilih pada Jum’at, 11 Februari 2017, suara Anies-Sandi lebih unggul dengan perolehan 48 persen dibanding Ahok-Djarot dengan raihan 47 persen dan Agus-Sylvi dengan 5 persen.

Jajak pendapat serupa dilakukan Viva melalui akun Twitter @VIVAcoid dengan total 11,475 suara. Anies-Sandi meraih 48 persen, lalu dibayangi Ahok-Djarot 45 persen, dan disusul Agus-Sylvi 7 persen. Sementara itu pada jajak pendapat yang digelar Berita Satu melalui akun Twitter @Beritasatu dengan total 3,485 suara, Anies-Sandi memperolehan 59 persen. Sedangkan Ahok-Djarot mendapat 38 persen dan Agus-Sylvi meraih 3 persen.

Sebagaimana diketahui, pada Pilgub DKI Jakarta 2017, pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno berhasil memenangkan kontestasi pemimpin ibukota pada putaran kedua dengan mengalahkan Ahok-Djarot. Padahal beberapa hari menjelang pemilihan, lembaga survei merilis data bahwa suara Anies-Sandi bakal kalah. Pada poin ini sarana jajak pendapat menjadi relevan dalam menakar kekuatan di lapangan.

Hasil kontras yang ditunjukkan antara survei dan jajak pendapat ini mengundang tanggapan beragam pihak. Sebut saja misalnya Dr Refly Harun. Ia menyoal fenomena terbalik antara rilis survei dengan hasil jajak pendapat. Sebab kedua instrumen tersebut memiliki salah satu fungsi untuk membingkai pendapat publik. Fakta di lapangan berbicara, ketika Anies Baswedan berkunjung ke suatu daerah selalunya disambut rakyat. Hal ini selaras dengan hasil jajak pendapat yang mengunggulkan namanya.

“Polling ini pastinya jauh lebih jujur, dibandingkan survei yang bisa diutak-atik utak-atik. Apalagi kalau seandainya surveinya itu ada pesanan. Kalau ini (polling, Red) insyaAllah apa adanya. Dan pertanyaannya pun tidak mengarah,” ungkap Refly dalam siaran langsung di kanal Youtube-nya, Rabu, 10 Mei 2023 saat mengumumkan hasil jajak pendapat yang menempatkan Anies Baswedan pada posisi teratas sebagai calon presiden yang memiliki komitmen dalam memberantas korupsi.

Jika disandingkan dengan fakta sejarah hari ini menjelang Pemilihan Presiden RI 2024-2029, nama Anies Baswedan selalu berada di urutan bawah dibanding calon presiden lainnya dalam rilis survei. Ajaibnya, di semua jajak pendapat yang dilakukan, Anies Baswedan selalu menang telak mengalahkan Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan calon lainnya.

Sumber

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *