Kultum 178: Dalam Al-Qur’an, Matahari Bersinar Bulan Bercahaya

Matahari Bersinar Bulan Bercahaya
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘sinar’ didefinisikan sebagai “pancaran terang (cahaya); atau cahaya elektron yang dipancarkan oleh sebuah badan radioaktif; atau hasil radiasi elektromagnik yang mempunyai daya rambat besar yang berasal dari inti atom radioaktif; yang biasanya menimbulkan panas”. Sedangkan kata ‘cahaya’ didefinisikan sebagai “sinar atau terang dari sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan, lampu, yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda di sekitarnya; atau cahaya yang ditimbulkan oleh sebaran atau pantulan partikel terhadap cahaya yang berasal dari matahari atau bulan yang mengenai sesuatu”.

Meski agak sulit membedakan keduanya, perbedaan pokok dari keduanya adalah bahwa ‘sinar’ itu terang yang memancar atau menyorot, sementara ‘cahaya’ itu adalah terang yang terjadi karena diterimanya pancaran atau sorot. Dengan demikian, kita semua bisa mafhum dan maklum bahwa matahari itu ‘bersinar’, sementara (rem)bulan itu ‘bercahaya’ atau ‘memantulkan sinar’.

Pemahaman dan perbedaan seperti ini mungkin kita  peroleh dari sekolah di SMP atau SMA. Jadi yang membedakan antara sinar matahari dan sinar bulan adalah konsep bersinar dan konsep memantulkan sinar. Karena dari hasil memantulkan itulah kadangkala kita membedakan antara ‘sinar’ dan ‘cahaya’. Kesimpulannya kata bersinar kita gunakan untuk matahari, sementara kata bercahaya kita gunakan untuk bulan.

Kadangkala, dua kata ini tidak terasa berbeda tanpa kita pahami lebih dulu konsep dua kata ini. Sejujurnya, kalau fenomena ini kita tanyakan kepada saudara-saudari kita yang hidup di ‘perkampungan’, apalagi yang ‘awam’ dan hanya lulusan SD, belum tentu mereka bisa membedakan konsep bersinar dan konsep bercahaya tersebut. Yang mereka pasti tahu adalah bahwa “matahari bersinar lebih terang atau lebih cerah dibanding bulan”.

Namun, tahukah kita bahwa Al-Qur’an sudah menjelaskan fenomena demikian sejak lebih dari 14 abad yang lalu? Allah Subahanhu wata’ala sebagai penciptanya telah menjelaskan bahwa sinar Matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan sinar Bulan adalah pantulan. Allah berfirman,

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً

وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا

عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ

اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ

الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ

Artinya:

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dia-lah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar (tepat), Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui (QS. Yunus, ayat 5).

Manusia pada jaman dahulu percaya bahwa bulan juga memancarkan sinarnya sendiri. Seiring berlalunya waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan, manusia menjadi paham bahwa cahaya bulan berasal dari matahari yang dipantulkannya. Fenomena ini juga telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah berfirman,

تَبٰرَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِى السَّمَاۤءِ بُرُوْجًا

وَّجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَّقَمَرًا مُّنِيْرًا

Artinya:

Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang-bintang dan Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan yang bersinar (QS. Al-Furqan, ayat 61).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *