Tafsir Al-Quran Surat Qaf 16-21: Kesadaran akan Kedekatan dengan Allah SWT Melahirkan Keistiqamahan Iman dan Amal Sholeh

Kesadaran akan Kedekatan dengan Allah SWT
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ahad, 30 Juli 2023

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita berjumpa lagi di Masjid Al-Hijri 2 di lingkungan Kampus Universitas Ibnu Khaldun untuk meneruskan kajian kita, yaitu Tafsir Al-Quran, yang pada Ahad pagi ini 12 Muharram 1445 H bertepatan dengan tanggal 30 Juli 2023, untuk mendalami ayat-ayat Allah SWT, yang insya Allah kita lanjutkan membahas Surat Qaf, ayat 16-21, yang Artinya, “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu hindari. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari yang diancamkan. Setiap orang akan datang bersama (malaikat) penggiring dan (malaikat) saksi”.

Ayat-ayat ini menggambarkan kepada kita betapa Allah SWT sangat dekat dengan kita, dengan hamba-Nya, pada setiap waktu dan setiap tempat. Allah SWT hadir baik bersama orang beriman, maupun tidak beriman. Bagi muslim Allah SWT hadir bersama para malaikat yang mencatat perbuatan kita. Orang kafir tidak yakin atas kehadiran Allah SWT dan para malaikat itu, sehingga mereka sering berbuat tanpa batas. Kecuali pada sakratul maut, orang kafir dan orang mu’min pun pasti yakin akan kehadiran Allah SWT dan para malaikatnya. Bahkan, penguasa besar nan dzalim seperti Firaun pun pada saat sakratul mau dan akan tenggelam di Laut Merah juga yakin atas ketuhanan Allah SWT, dan timbul kesadaran fitrah-Nya sebagai makhluk dan percaya atas Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan bersaksi bahwa dirinya termasuk ke dalam orang-orang muslim. Tapi, semua telah terlambat dan Allah membantah keimanan Firaun itu, karena telah berada pada tahap sakratul maut. Perhatikan Surat Yunus 11-12, “Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzhalimi dan menindas (mereka), sehingga ketika Fir‘aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri). Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami”.

Janazah atau jazad Firaun ditemukan pada sekitar 1956 oleh para arkeolog dan sekarang disimpan di dalam Museum di Kairo, Mesir, sebahai pembelajaran kepada ummat manusia. Para ahli arkeologi itu menyimpulkan bahwa kematian itu berada dalam keadaan kaget terkejut luar biasa. Janazah Firaun “tidak diterima” oleh bumi, sebagai pelajaran (ayat) atau tanda-tanda kekuasaan Allah SWT bagi kaum berikutnya. Kesadaran pada saat sakratul maut adalah kesadaran yang terpaksa, sehinggat taubatnya tidak diterima oleh Allah SWT. Perhatikan pada Surat An-Nisa 17-18, bahwa taubat itu pada kondisi muda dan sehat. Pemuda yang akan menjadi pemimpin nanti adalah pemuda yang sering bertaubat, menyadari akan kesalahan dan dosa-dosanya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. “Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertaubat. Taubat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. Dan taubat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, “Saya benar-benar bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih”.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *