Ulama, Pengemban Peran Profetik Para Nabi

Ulama
Muhibuddin Hanafiah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Muhibuddin Hanafiah, Akademisi UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh

Hajinews.id – Pandangan saya terhadap sosok dan peran profetik ulama baik sang ulama itu berbasis dayah di Aceh atau berbasis perguruan lainnya hingga kini belum berubah.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Mungkin karena terlalu ideal (melangit) dan kurang melihat kondisi kekinian sehingga kerap mendapat kritikan dari ulama dayah generasi baru dewasa ini.

Hal ini terlihat dari “perang” opini yang terjadi media sosial dan media masa akhir-akhir ini. Dalam dunia akademik, ada anggapan bahwa orang luar atau orang lain yang melihat seseorang biasanya lebih jelas kelihatan ketimbang seseorang melihat dirinya sendiri.

Walaupun dari aspek objektivitas dan subjektivitas belum bisa dijadikan tolak ukur, dimana orang luar lebih objektif menilai orang lain, dan menilai diri sendiri cenderung lebih subjektif.

Begitulah yang sedang terjadi dengan saya dan beberapa kawan lain yang sedang mengamati kiprah ulama dayah khususnya di pentas jagad raya nanggroe Aceh akhir-akhir ini.

Saya dan beberapa teman yang notabene bisa dikatakan sebagai out sider (orang luar, bukan ulama dayah), mencoba melihat ulama dan dayahnya dengan kacamata minus (melihat sisi kurang) dengan tujuan untuk memperbaiki.

Namun pada saat yang sama juga selalu mengapresiasi keunggulan dan peradaban yang telah dicapai. Tulisan ini tidak bermaksud dan bertujuan menegakkan benang basah.

Sebagai sebuah opini, tentu saja pandangan yang diberikan cenderung bersifat subjektif, ada keberpihakan pada pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki.

Berkenaan dengan kiprah politik ulama dayah misalnya saya berpendapat; Pertama, sejatinya ulama tidak terjun ke dalam kancah politik praktis, konon lagi di saat kondisi per politikan kita sedang mengalami despiritualisasi dan humanisasi yang sangat parah sekarang ini.

Mengapa sebaiknya ulama dayah menjaga jarak aman dengan dunia politik praktis, apa alasannya?

Alasannya sederhana, saya merasa sayang pada integritas ke ulamaannya seorang ulama pasca berada dalam kawanan politisi yang dominan memperjuangkan kepentingan terbatas dan sempit.

Keberadaan ulama yang sering menjadi minoritas di tengah politisi lain yang bukan ulama yang mayoritas sudah jelas hegemoninya untuk memperjuangkan kebenaran menurut versi ajaran agama mengalami kekalahan.

Metafor yang sederhana adalah ibarat beberapa ekor domba berada dalam kawanan serigala.

Menurut saya ulama harus menguasai politik (memiliki wawasan perpolitkan) sehingga ketika menjalankan fungsi profetiknya, kharismanya berfungsi efektif.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *