Kultum 199: Kesombongan Vs Tawakal dalam Perang Badar

Kesombongan Vs Tawakal dalam Perang Badar
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Sebelum perang dimulai, bisa dikatakan bahwa pada dasarnya ada dua kelompok hati yang akan saling serang. Di satu sisi, ada kaum Quraisy yang dikomandoi oleh Abu Jahal, yang ingin membunuh Nabi Muhammad lalu berpesta. Abu Jahal bahkan dengan congkak mengatakan,

“Kami akan berbaris menuju Badar dan tinggal di sana selama tiga hari. Dan kami akan menyembelih unta untuk makan, mengadakan pesta besar dan membuat pesta itu terbuka bagi semua orang untuk datang dan makan. Kami akan minum banyak khamr dan akan dihibur oleh penyanyi dan penari. Jika hal ini diketahui, semua suku Arab akan membuat kami kagum selama sisa waktu”.

Keinginan Abu Jahal membunuh Nabi Muhammad itu semakin memuncak setelah kematian paman Nabi yaitu Abu Tholib. Selain itu, komandan yang lain yaitu Utbah tidak ingin kehadiran ajaran baru yang dibawa Nabi Muhammad menggantikan ajaran nenek moyang kaum Quraisy. Itulah dua tujuan picik dari kelompok manusia yang didorong oleh nafsu dan kesombongan.

Sebaliknya, kaum Muslim berperang di bawah satu komando yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri sebagai panglima tertinggi. Meski sangat sedikit jika dibanding dengan jumlah pasukan lawan, pasukan muslim saat itu sangat disiplin. Sebagai komandan perang, Nabi juga selalu berunding dengan para sahabat dalam setiap keputusan yang diambil serta mengirim patroli untuk mencari informasi.

Kedisiplinan dan kepatuhan itulah menghantarkan mereka maju perang. Bisa dikatakan bahwa di satu sisi, kaum Quraisy berbaris dalam kecongkaan dan peralatan perang yang lengkap. Sebaliknya, kaum Muslimin ingin mendapatkan kebebasan berpikir dan beribadah serta terbebas dari banyak penderitaan yang ditimpakan oleh kaum Quraisy selama satu setengah dekade.

Kesombongan kaum Quraisy ini bahkan tergambar dalam surat Al-Anfal, ayat 47 sampai 49, Allah berfirman,

{وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ

بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ

اللَّهِ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (47)

Artinya:

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan (QS. Al-Anfal, ayat 47).

Ternyata sikap sombong dan sombong ini adalah karena bisikan syetan yang menjanjikan bantuan kepada kaum Quraisy dalam berperang. Hal ini juga tergambar dalam firman Allah,

وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ

لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي

جَارٌ لَكُمْ فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ

عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكُمْ إِنِّي

أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَاللَّهُ

شَدِيدُ الْعِقَابِ (48)

Artinya:

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *