Pemborong Buku

Pemborong Buku
Pemborong Buku
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Joko Intarto

Hajinews.id – Saya tergelitik untuk menanggapi meme yang diterbitkan situs berita online ‘’Mojok’’. Saya baru menemukannya di internet pagi tadi. Padahal sudah diposting agak lama.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dalam meme tersebut, Mojok menghitung penghasilan seorang penulis sangat rendah: Kalau setahun menyelesaikan satu judul buku dengan penjualan 3 ribu eksemplar seharga Rp 50 ribu per eksemplar, penulis tersebut akan menerima penghasilan Rp15 juta.

Bandingkan dengan upah minimum regional Jakarta saat ini yang bernilai Rp4,8 juta per bulan. Berarti kesejahteraan penulis buku sangat memprihatinkan. Penghasilan bulanannya tidak sampai Rp2 juta. Kalau setahun bisa menulis empat judul buku, penghasilan maksimalnya hanya Rp8 juta per bulan.

Apakah Mojok salah menghitung? Rasanya tidak. Hitung-hitungannya sudah benar. Tentu saja benar berdasarkan asumsi sumber pendapatan yang digunakan. Menurut Mojok, royalty merupakan satu-satunya sumber penghasilan penulis buku.

Dalam industri penerbitan buku, royalty penulis hanya salah satu komponen biaya. Di luar royalty masih banyak biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan penerbit: Mulai biaya pokok produksi, biaya operasional sampai biaya pajak.

Semua biaya tersebut harus diperhitungkan dengan kewajaran harga jual buku. Sementara harga buku yang wajar harus ‘’berdamai’’ dengan tingkat apresiasi masyarakat.

Di situlah kesulitan hampir semua penerbit buku. Penerbit tidak berani memasang harga buku yang terlalu tinggi karena apresiasi masyarakat terhadap buku yang belum baik.

Memang sudah semakin banyak orang yang memberi penghargaan baik terhadap karya jurnalistik berwujud buku. Mereka bersedia membeli, walau harganya lumayan tinggi. Namun Sebagian besar masih beranggapan, harga buku di atas Rp 50 ribu sebagai ‘’terlalu mahal’’.

Padahal bagi pegiat literasi, menulis buku merupakan pekerjaan paling berat. Karena itu tidak semua orang bisa menulis buku. Bahkan banyak wartawan yang tidak menghasilkan satu judul buku pun hingga mereka pensiun.

MOTIF MENULIS BUKU

Pertanyaannya, dengan insentif yang demikian kecil, mengapa ada orang yang mau menulis buku? Berdasarkan pengalaman, orang-orang menulis buku karena didorong berbagai motif, antara lain:

1/ Ingin mendokumentasikan pengetahuan dan pengalaman

Banyak orang yang menulis naskah. Tetapi tidak dipublikasikan menjadi buku. Naskah itu disimpan saja. Mereka memberikan naskah itu hanya kepada orang yang memintanya saja. Umumnya juga diberikan secara gratis.

2/ Ingin membagikan pengetahuan dan pengalaman

Ada juga orang yang menulis naskah. Tetapi juga tidak dipublikasikan menjadi buku. Naskah diberikan kepada orang lain tanpa diminta. Umumnya juga gratisan. Para penulis di media sosial termasuk kelompok ini.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *