Disway: Hidrogen GIIAS

Hidrogen GIIAS
Dahlan Iskan bersama Ahok.--
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Dari segi infrastruktur yang sudah dimiliki Pertamina saat ini, memang hidrogen lebih cocok. Stasiun pengisian BBM tinggal diubah jadi stasiun pengisian hidrogen. Tapi itu harus cepat-cepat. Harus sebelum mobil listrik baterai mendominasi pasar.

Kalau pasar sudah didominasi mobil baterai, sulit berharap ada pabrikan mobil yang mau memproduksi mobil hidrogen.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Yang jadi pikiran saya bukan hanya itu. Kalau Pertamina memilih hidrogen, bagaimana dengan pabrik baterai yang telanjur dimilikinya? Anda sudah tahu: tiga tahun lalu Pertamina, PLN, Antam, dan MindID, mendirikan pabrik baterai: Industri Baterai Indonesia. Atau dengan nama asing IBC (Indonesia Battery Corporation). Menurut website IBC, Tiongkok dan Korea sudah menanamkan modalnya di IBC sebesar Rp 223 triliun.

Saya pun menghubungi Ahok: lega. Ahok, mengemukakan soal hidrogen tidak dalam rangka mengarahkan Pertamina. Ia memang sebagai komut Pertamina. Tapi soal hidrogen ia kaitkan dengan polusi di Jakarta. Ia berharap green energi segera menggantikan bensin atau minyak diesel. Dan ia melihat hidrogen paling cocok untuk Indonesia.

Ya sudah. Tidak ada kaitannya dengan program Pertamina. Lega. Kalau benar Tiongkok dan Korea sudah menanamkan modal sampai Rp 223 triliun, berarti IBC segera berlari.

Lithium ion? Posphat? Solid state? (Dahlan Iskan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *