Dulu Seteru, Sekarang Sekutu: Politik Indonesia Jelang Pemilu

Politik Indonesia Jelang Pemilu
Budiman Sudjatmiko dan prabowo berpelukan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Politisi Budiman Sudjatmiko resmi dipecat oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang menaunginya dirinya selama hampir dua dekade.

Kamis lalu (24/08), ia menerima pemberitahuan Pemecatannya melalui surat.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“[Ditandatangani oleh] Ibu Megawati dan Pak Sekjen, Pak Hasto Kristiyanto, dan [suratnya] diterima oleh putri saya yang kebetulan waktu kecil dikasih nama oleh Ibu Megawati,” tutur Budiman kepada Kompas.

Ada tujuh poin pertimbangan PDI-P memecat Budiman, salah satunya karena melakukan “pelanggaran berat”.

“Bahwa sesungguhnya sikap, tindakan, dan perbuatan Sdr Budiman Sudjatmiko, MA M.Phill selaku kader PDI-P yang tidak mengindahkan Instruksi Ketua Umum PDI-P untuk mendukung dan memenangkan Ganjar Pranowo sebagai Presiden Republik Indonesia pada Pemilu 2024 dengan mendukung calon presiden dari partai politik lain merupakan pelanggaran kode etik dan disiplin partai, yang dikategorikan sebagai pelanggaran berat,” bunyi poin kelima dalam pertimbangan pemecatan tersebut.

Pemecatan dilakukan hanya enam hari, setelah Budiman dan calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mendeklarasikan relawan Prabu (Prabowo-Budiman) Bersatu di Jawa Tengah.

Ia memang terang-terangan tak mendukung Ganjar Pranowo, capres yang diusung partainya.

“Pak Ganjar baik, bukan buruk ya. Tapi Indonesia butuh kepemimpinan yang strategik untuk hari ini,” kata Budiman yang mulai mendekati Prabowo sejak bulan lalu.

Selain menuai reaksi dari partainya, dukungan Budiman kepada Prabowo juga dikecam oleh rekan-rekannya sesama aktivis 98.

“Deklarasi tersebut bukan hanya menunjukkan Budiman mengkhianati kawan-kawan seperjuangannya, tapi juga mengkhianati keluarga korban penculikan,” tutur Petrus Heriyanto, anggota Tim Forum Rakyat Demokratik Pro Korban Penculikan, yang juga mantan Sekjen Partai Rakyat Demokratik (PRD), partai bentukan Budiman di masa orde baru.

“Lebih dalam lagi, dia telah mengkhianati demokrasi dan nilai-nilai kemanusian,” tambah Petrus.

Petrus mengingatkan, hingga kini masih ada 13 aktivis, empat di antaranya kader PRD, yang masih tidak diketahui nasibnya.

Menurut Petrus, Prabowo Subianto seharusnya tidak hanya diberhentikan dari militer pada 1998 karena terlibat penculikan aktivis ini, tetapi juga diproses sampai ke meja hijau.

“Seharusnya menjadi tugas Budiman dan kader PRD lainnya untuk menuntaskan hal ini. Masih ada utang masa lalu yang tetap harus dilunasi. Bukannya malah dikubur dalam-dalam oleh Budiman Sudjatmiko.”

Berubah haluan

Tapi Budiman bukan satu-satunya yang berubah haluan politik.

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang pada Oktober 2022 lalu mengumumkan akan mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai capres PSI 2024 sesuai hasil Rembuk Rakyat, mekanisme yang dibuat partai itu untuk menjaring nama-nama capres, kini memberi sinyal akan mendukung Prabowo Subianto.

Akibatnya, sejumlah kader PSI, sebagian bahkan telah berstatus bakal caleg, memilih hengkang.

Setelah Guntur Romli, Dwi Kundoyo, dan Estugraha mundur dari PSI pada awal Agustus, pekan lalu sejumlah kader lainnya menyusul langkah yang sama, yakni M. Afthon Lubbi, Lis Sektiyawanti, Darma Munir, Tulus Borisman, dan Alfonsus Simbolon.

“Kami patah hati kepada sikap DPP PSI yang mulai bermain mata dengan Prabowo Subianto … kami dari awal memilih PSI karena PSI melalui rembuk nasional, rembuk rakyat sudah mendukung Ganjar Pranowo,” ujar bacaleg DPR RI dapil Jawa Tengah, Afthon Lubbi.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *