Hidup adalah perpindahan dari satu ujian menuju ujian lainnya. Siapa yang lulus dari satu ujian dia akan diuji dengan ujian lainnya. Dan, yang namanya ujian ini tidak harus selalu tampak pahit lagi tidak mengenakan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَا لْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَ مْوَا لِ وَا لْاَ نْفُسِ وَا لثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
wa lanabluwannakum bisyai-im minal-khoufi wal-juu’i wa naqshim minal-amwaali wal-angfusi was-samaroot, wa basysyirish-shoobiriin
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155)
Adakalanya ujian yang Allah berikan tampak manis lagi nikmat dirasakan. Di antara contohnya adalah ujian kesehatan, kelapangan, ketampanan, keterkenalan, kekayaan, dan hal-hal yang disukai oleh nafsu.
Maka, ada perkataan dari Abdul Malik bin Ishaq rahimahullâh yang sangat relevan dengan hal ini. Beliau berujar:
مَا مِنَ النَّاسِ إِلَّا مُبْتَلًى بِعَافِيَةٍ لِيَنْظُرَ كَيْفَ شُكْرُهُ؟ وَيَبْتَلِيهِ لِيَنْظُرَ كَيْفَ صَبْرُهُ
“Tiada dari manusia kecuali pasti diuji dengan kesehatan agar Allah melihat bagaimana syukurnya. Atau, manusia diuji dengan bencana agar Allah melihat bagaimana sabarnya.” (Uddah As-Sâbirîn)
Artinya, setiap jenis ujian ada tujuan dan maksudnya. Saat diuji dengan kelapangan dan kemudahan, Allah ingin agar kita mendekat kepada-Nya dengan kesyukuran.
Adapun saat diuji dengan kepahitan dan kesedihan, Allah ingin agar kita mendekat kepada-Nya dengan kesabaran.
Team Tasdiqul Quran