Anies-Muhaimin dan Politik “Grasa-Grusu” Partai Demokrat

Anies-Muhaimin
Anies-Muhaimin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Ahmad Farisi pengamat politik

Hajinews.id – Sebelum peristiwa “perjodohan” Anies-Muhaimin, saya menilai Partai Demokrat lah partai yang cukup konsisten mendedahkan narasi-narasi segar menyambut Pilpres 2024. Sebagai partai oposan, Demokrat, dalam hemat saya, mampu menyajikan gagasan-gagasan perubahan dengan cukup menarik di tengah tingginya angka kepuasan publik terhadap pemerintah Jokowi yang relatif tinggi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Namun, pasca peristiwa “perjodohan” Anies-Muhaimin, saya menilai Partai Demokrat belum cukup matang sebagai partai politik. Kekanak-kanakan, emosional, dan tidak cukup cerdas mengambil sikap politik di tengah proses politik yang begitu dinamis dan cair. Sikap politik Partai Demokrat dalam dinamika politik yang terjadi sama sekali tak mencerminkan jati diri sebagai partai besar yang dua kali memenangkan pemilu secara berturut-turut (Pemilu 2004 dan 2009).

Sesuatu yang Biasa

Peristiwa “perjodohan” Anies-Muhaimin adalah sesuatu yang biasa dalam politik Indonesia. Namun, bagi Partai Demokrat, peristiwa itu seolah-olah adalah kejadian luar biasa yang meluluhlantakkan segalanya.

Bahwa Partai Demokrat kecewa atas “perjodohan Anies-Muhaimin” yang tampak begitu cepat dan tak melibatkan Partai Demokrat sebagai bagian dari Koalisi Perubahan dan Perbaikan, kita rasa itu wajar dan bisa dimaklumi. Namun demikian, sebenarnya tak sewajarnya kekecewaan itu mesti dilampiaskan dengan sumpah serapah dan kemarahan luar biasa. Sebab, disadari atau tidak, sikap seperti itu hanya akan merugikan Partai Demokrat sendiri.

Lihat saja respons dan tanggapan publik terhadap sikap Partai Demokrat yang agresif dan penuh kemarahan tersebut. Publik justru tak banyak memperhatikan narasi pengkhianatan yang dialamatkan Partai Demokrat kepada Anies Baswedan dan Partai Nasdem. Sebaliknya, justru publik melihat kemarahan dan kekecewaan itu karena kepentingannya (mencawapreskan AHY) tak dilayani atau tak diakomodasi oleh Anies dan Partai Nasdem.

Begitu juga dengan keputusan yang memilih out dari Koalisi Perubahan dan Perbaikan. Saya menilai, seperti kemarahan yang dipertontonkannya, keputusan tersebut juga sangat akan merugikan Partai Demokrat sendiri. Sebab, satu-satunya tokoh atau sosok yang mewakili posisi Partai Demokrat sebagai partai oposan dengan ide-ide perubahannya saya kira hanyalah sosok Anies. Bukan Prabowo Subianto, juga bukan Ganjar Pranowo.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *