Kultum 201: Abbad ibn Bishr Jatuh Cinta kepada Al-Qur’an

Abbad ibn Bishr Jatuh Cinta
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Pada waktu tahun keempat Hijrah, kota Madinah masih dalam ancaman dari dalam maupun luar. Dari dalam, suku Yahudi masih berpengaruh. Sementara dari luar, suku Bani Nadir melanggar kesepakatan dengan Nabi dan berrencana untuk membunuh Nabi.

Dalam situasi seperti ini, pada bulan Safar mereka diusir dari kota. Setelah dalam dua bulan yang tidak nyaman itu, Nabi menerima kabar bahwa suku-suku dari Najd yang jauh sedang merencanakan serangan. Untuk mendahului mereka, Nabi mengumpulkan kekuatan lebih dari empat ratus orang. Nabi menugasi Utsman bin Affan bertanggung jawab atas kota. Di antara kekuatan ini adalah pemuda Madinah bernama Abbad ibn Bishr.

Sesampainya di Najd, Nabi menemukan tempat tinggal suku-suku Najd yang mengancam itu, dan anehnya sepi dari manusia, hanya ada kaum wanita. Orang-orang dibawa ke bukit, dan beberapa dari mereka berkumpul kembali dan bersiap untuk bertarung. Saat waktu shalat Ashar tiba, Nabi takut bahwa suku yang bermusuhan akan menyerang mereka ketika shalat.

Nabi mengatur umat Islam dalam barisan dan membagi mereka menjadi dua kelompok dan melakukan shalat al-Khauf (shalat dalam ketakutan). Dia atur satu kelompok melakukan satu rakaat sementara kelompok lain berjaga-jaga. Untuk rakaat kedua kelompok berganti tempat. Setiap kelompok menyelesaikan shalatnya dengan satu rakaat setelah Nabi selesai.

Ketika melihat barisan disiplin Muslim, suku Najd yang mengancam itu menjadi gelisah dan takut. Nabi telah membuat kehadirannya terasa dan sesuatu dari misinya sekarang diketahui secara langsung di dataran tinggi tengah Arabia tempat Nabi berdamai.

Dalam perjalanan pulang, Nabi mendirikan kemah di sebuah lembah untuk bermalam.

Segera setelah umat Islam turun dari unta mereka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Siapa yang akan menjadi penjaga kita malam ini?” Abbad ibn Bishr dan Ammar ibn Yasir menjawab, “Kami, ya Rasulullah”. Keduanya ini telah dipasangkan sebagai ‘saudara’ oleh Nabi ketika Nabi tiba di Madinah setelah Hijrah.

Abbad dan Ammar pergi ke mulut lembah untuk bertugas. Abbad melihat bahwa saudaranya itu lelah dan bertanya kepadanya, “Di bagian malam mana kamu ingin tidur, yang pertama atau yang kedua?” Amar menjawab, “Saya akan tidur pada bagian pertama”, dan segera tertidur lelap cukup dekat dengan Abbad. Malam itu cerah, tenang dan damai. Bintang-bintang, pohon-pohon, dan batu-batuan semuanya tampak merayakan kesunyian dalam puji-pujian kepada Tuhan mereka.

Abbad merasa tenang, tidak ada gerakan, tidak ada tanda-tanda ancaman. Mengapa tidak menghabiskan waktu dalam ibadah dan membaca Al-Qur’an? Betapa menyenangkan jika menggabungkan shalat malam dengan bacaan Al-Qur’an yang khusuk yang sangat ia nikmati.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *