Rebutan Dukungan dan Suara Nahdliyin Pada Pilpres 2024, Siapa Bakal Diuntungkan?

Suara Nahdliyin Pada Pilpres 2024
Suara Nahdliyin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Nahdlatul Ulama (NU) masih jadi magnet pemilih sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dalam pemilihan presiden, basis NU selalu menjadi sasaran.

Para calon presiden tak kenal lelah mendatangi suara NU, khususnya ke pesantren Islam. Bahkan, mereka tiba-tiba menjadi “santri”, berharap mendapat dukungan sebesar-besarnya dari nahdliyin (sebutan warga NU).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Memiliki pasangan dari NU juga merupakan nilai tambah yang besar dalam memenangkan pertarungan. Apalagi, calon wakil presiden merupakan sosok yang berpengaruh di kalangan warga NU.

“Ya sangat besar pengaruhnya (suara nahdliyin), sangat laku lah kalau pemilihan langsung. Dikira-kira, dari jumlah rakyat Indonesia, kalangan NU itu ada 54 sampai 60 persen. Tentu ini menjadi bargaining tinggi bagi NU, dan itu bisa menentukan dalam konteks pemenangan pasangan capres dan cawapres. Jadi rebutan suaranya,” kata pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, Kamis, 7 September 2023.

Walaupun pada kenyataannya, pada setiap ajang pemilihan umum, suara nahdliyin menyebar ke mana-mana. Misalkan PKB. Partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar itu merupakan partai asli Nahdlatul Ulama. Namun dalam perolehan suara, PKB hanya memperoleh sekitar 13,57 juta suara (9,69 persen). Artinya, tidak semua nahdliyin memilih PKB, karena mereka tersebar ke berbagai partai politik.

Di setiap pemilu, sejumlah tokoh NU juga kerap menghiasi daftar bakal cawapres. Pada pilpres 2024, beberapa nama tokoh NU masuk dalam daftar, sebut saja Mahfud Md, Yenny Wahid, dan Khofifah Indar Parawansa.

“Kalau kita bicara trah nahdliyin banget ya, itu ada Yenny Wahid, ada Khofifah, lalu ada Mahfud Md. Itu nahdliyin. Kalau Erick Thohir kan di-nahdliyinkan. Tapi kalau kita bicara trah nahdliyin, garis nahdliyin, tokoh nahdliyin, figur nahdliyin, itu ada di Yenny Wahid, Khofifah, Mahfd Md, yang kuat dalam konteks darah biru NU-nya,” ujar Ujang.

Anies Baswedan malah lebih dulu menetapkan cawapresnya yang berasal dari NU yakni Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Berdarah murni NU dan kedekatannya dengan para ulama, Cak Imin diharapkan bisa menarik suara dari kalangan nahdliyin sebanyak-banyaknya, terutama di Jawa tengah dan Jawa Timur.

Saat ini tinggal Prabowo dan Ganjar Pranowo yang masih harus mencari figur cawapres. Nama-nama kandidat dari kalangan NU tentu jadi pertimbangan yang diharapkan bisa mendulang suara sekaligus penentu kemenangan dalam pilpres nanti.

Kata Ujang, kalaupun tidak jadi cawapres, tokoh-tokoh NU berpengaruh bisa dirangkul menjadi ketua tim sukses.

“Kalau di Ganjar sudah ada ketua tim suksesnya. Kalau di Prabowo Subianto kita lihat nanti apakah cawapresnya dari NU atau tim suksesnya dari NU. Yang penting ada tokoh NU-nya, untuk mendapatkan suara dari kalangan NU grasroot,” tuturnya.

“Siapa capres yang diuntungkan? Saat ini masih diuntungkan semuanya. Semuanya masih pasar bebas. Semuanya masih mencari dukungan dari kalangan nahdliyin,” kata Ujang.

Pengaruh Besar Kiai NU

Samina wa athona memiliki arti, kami dengar dan kami patuh. Ungkapan ini merupakan potongan ayat 51 dalam Alquran Surat An-Nur. Ayat tersebut menyatakan bahwa orang-orang mukmin yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya akan mendapat keberuntungan.

“Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata: Kami mendengar dan kami patuh (taat). Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. an-Nur ayat 51)

Samina wa athona adalah bentuk kepatuhan dan loyalitas yang berlandaskan pada iman dan takwa. Karakter seseorang yang memiliki sikap samina wa athona ditandai dengan kesetiaan mereka dalam melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Mereka memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT adalah Mahabenar dan tidak pernah salah.

Dalam konteks kepemimpinan di kalangan pesantren NU, ungkapan samina wa athona menjadi model. Kepemimpinan spiritual kiai di kalangan pesantren NU sudah menjadi dasar. Kiai memiliki pengaruh sangat besar di kalangan pesantren NU. Termasuk dalam hal memilih di pemilu.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *