Tafsir Al-Quran Surat Adz-Dzariyat 7-14: Berpaling Dari Al Quran dan Sunnah Rasul Akan Menyebabkan Kesesatan

Berpaling Dari Al Quran dan Sunnah Rasul
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ta’lim Bakda Subuh
Ahad, 10 September 2023

Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Para jamaah kaum muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah SWT. Pengajian tafsir kita ini telah menyelesaikan 50 surat Al-Quran. Pada hari ini Ahad tanggal 24 Shafar 1445 H bertepatan dengan 10 September 2023, insya Allah kita lanjutkan membahas Surat Adz-Dzariyat ayat 7-14. Kita awali dengan membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah, lalu dilanjutkan dengan Surat Adz-Dzariyat ayat 7-14 tersebut, yang artinya: “Demi langit yang mempunyai jalan-jalan, sungguh, kamu benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat, dipalingkan darinya (Al-Qur’an dan Rasul) orang yang dipalingkan. Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan dan kelalaian, mereka bertanya, “Kapankah hari pembalasan itu?” (Hari pembalasan itu ialah) pada hari (ketika) mereka diazab di dalam api neraka. (Dikatakan kepada mereka), “Rasakanlah azabmu ini. Inilah azab yang dahulu kamu minta agar disegerakan.”

Ayat-ayat ini menjelasakan beberapa sebab orang-orang mendapatkan kesesatan dalam kehidupannya. Orang-orang itu tidak akan mendapatkan kebahagiaan (As-Sa’adah), kemenangan (Al-Falah), barokah (Al-Barakah), walaupun seakan-akan memperoleh kehidupannya semuanya. Mereka tidak ada lapang dada, sesak nafas, senantiasa dalam kesempitan, mereka penuh dengan kecurigaan kepada orang lain, dll. Tentu kita tidak ingin menjadi seperti itu. Akibat yang sangat jelsa adalah bahwa, pertama, orang-orang ini tidak pernah memperhatikan ayat-ayat Allah SWT, ayat kauniyah, hujan, air, dll. Dan ayat-ayat tanziliah, yaitu Ayat Al-Quran, disertai dengan praktik implementasi yang telah diajarkan Rasulullah SAW di dalam hadist. Ayat ini diawali dengan ayat kauniyah, langit dan bumi serta planet-planet lain berjalan di dalam edarnya. Kita diperintah untuk mempelajari ayat-ayat kauniyah ini dengan memperhatikan ayat-ayat tanziliah. Perhatikan Surat Yasin 38-40. “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya”

Orang-orang yang tidak mempelajari ayat-ayat Allah SWT ini akan mencari kesalahan dan kelemahan orang lain. Bahkan, fenomena seperti ini telah terjadi sejak zaman Rasullah SAW, ada orang-orang yang senantiasa mencari kelemahan dan kesalahan Rasulullah SAW, seorang yang mulai. Kita pun dilarang mencari-cari kesalahan orang lain, karena hal itu akan berdampak pada sempitnya dada dan ketidakterbukaan hati. Ada hadist Rasulullah SAW, “Ada enam perilaku yang akan menghancurkan amal perilaku baik”. Pertama, sibuk mencari kesalahan orang lain. Ada kelompok tertentu yang sibuk mencari-cari keselahan ummat islam, hingga masjid pun ada rencana untuk diawasi. Padahal orang yang ada di masjid itu perlu kita persaksikan sebagai orang baik dan orang beriman. Kedua, keras kepalanya, dia tidak pernah merasa tidak memiliki kesalahan. Di dalam Al-Quran orang seperti ini tidak mau menerima nasehat, tidak mau koreksi orang lain, walau pun untuk kebaikan. Ketiga, cinta dunia yang berlebihan. Dia sibuk mengurusi jabatn, harta, dll. Dia tidak ada waktu untuk meningkatkan ketakwaan. Kita diperintah untuk menguasai dunia, tapi bukan cinta dunia secara berlebihan. Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat bagi orang lain. Keempat, tidak punya rasa malu. Padahal dalam islam, “rasa malu adalah bagian dari iman”. Jika imannya diangkat, maka malunya hilang. Jika malunya diangkat, maka imannya juga akan hilang. Kelima, panjang angan-angan. Hidupanya hanya berangan-angan. “Seandainya saya jadi ini jadi itu, tapi tidak berbuat atau bertindak yang memberi manfaat kepada orang lain. Keenam, berlaku dzalim. Senantiasa mementingkan diri sendiri.

Akibatnya, orang-orang seperti akan dipalingkan oleh Allah SWT dari kebenaran. Dia mendustakan agama. Rasulullah SAW bersabda, “Jauhi dari kalian sifat dusta krena sesungguhnya dusta itu menjauhkan dari keimanan”. Orang yang berdusta cenderun akan menutupi dengan kedustaan lainnya. Mereka dalam keadaan lupa kepada Allah. Lupa akan dirinya (lupa diri). Itulah orang-orang yang fasiq, orang yang bengkok, orang yang jauh dari perintah Allah SWT. Perhatikan Surat Al-Hasyr ayat 19. “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” Semoga kita tidak menjadi orang yang dijauhkan dari ajaran agama, dari ajaran Allah SWT.

Menjawab pertanyaan apakah ayat ini berlaku pada politisi, yang sering mengobral janji pada masa kampanye dan ternyata tidak ditepati? Ayat ini berlaku universal kepada semua dari kita. Yang paling penting, jika kita melakukan kesalahan, segeralah memperbaiki dan bertobat kepada Allah SWT. Sekali lagi, kita dilarang berdusta, karena kita akan menjadi keras kepala, lupa pada dirinya, dan lupa kepada Allah SWT. Orang yang terbiasa berdusta, akan melakukan kedustaan berikutnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *