Mungkin ini disebabkan karena terlalu semangat ingin menyebarkan dakwah manhaj salafiyah. Akan tetapi karena sedikitnya ilmu tentang tata- cara berdakwah, dakwah terkesan kaku dan keras.
Contoh kasus:
– Seorang pemuda yang baru mengenal dakwah, ketika pulang langsung menceramahi orang tuanya dan kakeknya. Dan berkata ,“ini haram”, itu bid’ah, ini syirik”.
Tentunya saja kakeknya akan berkata,
“Kamu anak ingusan kemaren sore, baru saya ganti popokmu, sudah berani ceramahi saya?”.
– Seorang ikhwan yang baru tahu hukum tahlilan setelah kematian adalah bid’ah. Kemudian ia datang ke kumpulan orang yang melakukannya dalam suasana duka. Ia sampaikan ke majelis tersebut bahwa ini bid’ah.maka bisa jadi ia pulang tinggal nama saja.
– Seorang akhwat yang ingin mendakwahkan temannya yang masih sangat awam atau baru masuk islam. Ia langsung mengambil tema tentang cadar, jenggot, isbal, bid’ah, hadist tentang perpecahan dan firqoh. Ia juga langsung membicarakan bahwa aliran ini sesat, tokoh ini sesat dan sebagainya . Seharusnya ia mengambil tema tauhid dan keindahan serta kemudahan dalam islam. Seharusnya berdakwah dengan cara yang lembut serta penuh hikmah.
✍️ dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.