Kultum 207: Mengenal Jin Khodam

Mengenal Jin Khodam
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Kata khodam atau khadam berasal dari kata dalam bahasa Arab khodim (خادم) yang berarti pembantu. Jadi jin khodam berarti jin pembantu atau jin yang dijadikan sebagai pembantu. Di kalangan orang jawa jenis jin yang dijadikan pembantu ini sering disebut dengan istilah ‘prewangan’.

Jin khodam ini berinteraksi dengan rekan dekatnya di kalangan manusia, dan bersedia untuk membantu manusia. Sebagaimana kita tahu, karena manusia dan jin hidup di alam yang berbeda maka yang bisa dilakukan juga agak berbeda. Jadi bisa dibayangkan bahwa jin khodam terkadang dia bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia pada umumnya.

Atau terjadinya bisa begini. Sementara manusia tidak bisa melakukan hal-hal yang di luar kewajaran, dia minta tolong kepada jin khodam. Tentu saja, kemudian dia bisa melakukan hal-hal itu dengan bantuan jin prewangan yang menjadi rekannya.

Tapi satu hal yang menjadi tipikal jin adalah bahwa mereka itu pendusta. Inilah realita yang harus kita waspadai tentang jin. Mereka bisa melihat kita, namun kita tidak bisa melihat mereka. Dalam hal ini Allah berfirman,

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

Artinya:

Sesungguhnya iblis dan para pengikutnya melihat kamu dari tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka (QS. Al-A’raf, ayat 27).

Sementara itu, jin adalah tipe makhluq pendusta. Artinya, dia bisa saja mengaku ingin menjadi teman manusia, mengaku mau membantu manusia, namun sebagaimana tipenya, dia ingin menipu manusia. Untuk itu, mari kita coba menelaah cerita pada masa Rasulullah berikut ini.

Suatu ketika Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ditugasi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjaga zakat berupa makanan, mungkin kurma atau ksimis. Pada malam itu ada sesosok jin yang ‘mewujud’ sebagai seorang remaja, dan mencuri makanan itu. Abu Hurairah berhasil menangkap dan mengancam untuk melaporkan kepada Rasulullah. Maka jin itu memohon dan memelas serta berjanji tidak akan kembali.

Ternyata dia berdusta, kembali dan kembali lagi. Pada malam ketiga, dia mencuri lagi dan tertangkap lagi, maka Abu Hurairah tidak memberi ampun dan siap melaporkan kepada Rasulullah. Namun jin ini memelas dan menjanjikan Abu Hurairah sebuah rahasia. Rahasia itu adalah jika Abu Hurairah membaca ayat Kursi sebelum tidur, maka syetan tidak akan datang menggodanya sampai Subuh. Maka Abu Hurairah pun melepaskannya.

Pagi harinya, kejadian semalam itu beliau sampaikan kepada Rasulullah. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ

Artinya:

Kali ini dia benar, meskipun aslinya dia pendusta (HR. Bukhari no. 2311).

Ibnu Hajar Al-Hafidz menjelaskan apa yang disampaikan oleh Rasulullah tersebut, dan beliau mengatakan, “Bahwa syetan (dari golongan jin), memiliki hobi berdusta” (Fathul Bari, 4/489). Dengan demikian bisa kita simpulkan sifat-sifat jin yang tidak dimiliki manusia. Mereka (1) bertipe pendusta, (2) bisa melihat manusia, (3) sementara manusia tidak bisa melihat mereka.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *