Kultum 209: Jangan Tiru Nabi Sulaiman Bagian Ini

Jangan Tiru Nabi Sulaiman Bagian Ini
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Tidak ada seorang manusia, meski seorang dukun yang hebat, atau seorang penyihir yang mendunia yang mampu menguasai jin. Apalagi hanya seorang yang ahli sulap. Sulap itu hanya kata yang bunyinya diacak dari kata palsu, sebagaimana kata rampok diacak menjadi rompak.

Justru yang perlu dipahami adalah “tidak ada manusia yang menguasai jin, selain nabi Sulaiman”. Itupun karena penguasaannya terhadap jin adalah mukjizat dari Allah Subhanahu wata’ala. Jika kurang percaya dan kurang yakin bahwa itu adalah mukjizat, mari kita simak kisah nabi Sulaiman berikut ini.

Di dalam Al-Qur’an, Allah telah kisahkan tentang salah satu doa nabi Sulaiman, sebagi berikut,

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي

لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Artinya:

(nabi) Sulaiman berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kekuasaan yang tidak dimiliki oleh seorangpun sesudahku, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi” (QS. Shad, ayat 35).

Salah satu diantara mukjizat nabi Sulaiman, yang tidak mungkin dimiliki orang lain adalah bisa mengendalikan dan menguasai jin. Karena mukjizat, maka semua jin menjadi tunduk dan patuh kepada nabi Sulaiman. Yang lebih hebat lagi adalah, bahkan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri, tidak mau melangkahi doa Sulaiman ini.

Diriwayatkan bahwa suatu ketika, pada saat menjadi imam shalat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan gerakan yang berbeda yang tidak seperti biasaanya. Maka pada pagi harinya, beliau bercerita,

إِنَّ عِفْرِيتًا مِنَ الجِنِّ تَفَلَّتَ عَلَيَّ

البَارِحَةَ لِيَقْطَعَ عَلَيَّ الصَّلاَةَ،

فَأَمْكَنَنِي اللَّهُ مِنْهُ، فَأَرَدْتُ أَنْ أَرْبِطَهُ

إِلَى سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي المَسْجِدِ حَتَّى

تُصْبِحُوا وَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ كُلُّكُمْ، فَذَكَرْتُ

قَوْلَ أَخِي سُلَيْمَانَ: رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا

لاَ يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي فَرَدَّهُ خَاسِئًا

Artinya:

Sesungguhnya jin ifrit menampakkan diri kepadaku tadi malam, untuk mengganggu shalatku, kemudian Allah memberikan kemampuan kepadaku untuk menangkapnya, aku ingin untuk mengikatnya di salah satu tiang masjid, sehingga pagi harinya kalian semua bisa melihatnya, namun saya teringat doa saudaraku Sulaiman, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kekuasaan yang tidak dimiliki oleh seorangpun sesudahku”, kemudian kulepaskan jin itu dalam keadaan terhina (HR. Bukhari no. 461 dan Muslim no. 541).

Mari kita perhatikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam saja tidak mau mengikat jin itu di tiang masjid. Mungkin kita lantas bertanya, mengapa? Rasulullah beralasan karena jika dia lakukan itu maka berarti beliau “telah menguasai jin”, padahal yang demikian itu adalah keistimewaan nabi Sulaiman.

Padahal juga, jika Rasulullah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mau, insyaAllah dia juga mampu. Tapi beliau justru melepaskan jin itu, dan beliau juga beralasan tidak mau ‘melancangi’ doa nabi Sulaiman. Bukan saja jin akan membuat kita melakukan hal-hal yang mengarah kepada ke-syirik-an tapi juga akan menyeret kita ke neraka.

Pada awalnya, memang manusia dan jin ‘bersepakat’ untuk saling membantu. Ketika jin membantu untuk mewujudkan keinginan manusia, maka jin menjadi sombong dan manusia menjadi semakin hina dan bergelimang dosa karena berbagai kesyirikan atas permintaan jin. Hal ini pun diakui oleh jin, sebagaimana firman Allah,

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًاۚ يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ

قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِّنَ الْاِنْسِ ۚوَقَالَ اَوْلِيَاۤؤُ

هُمْ مِّنَ الْاِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا

بِبَعْضٍ وَّبَلَغْنَآ اَجَلَنَا الَّذِيْٓ اَجَّلْتَ لَنَا ۗ

قَالَ النَّارُ مَثْوٰىكُمْ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اِلَّا

مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗاِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ

Artinya:

Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia (Allah) mengumpulkan mereka semua (dan Allah berfirman), “Wahai golongan jin! Kamu telah banyak (menyesatkan) manusia”, dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata, “Ya Tuhan, kami telah saling mendapatkan kesenangan dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan buat kami telah datang”, Allah berfirman, “Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain”, sungguh, Tuhanmu Maha Bijaksana, Maha Mengetahui (QS. Al-An’am, ayat 128).

Berdasarkan uraian di atas kita bisa mengambil langkah yang sangat bijak untuk diri dan keluarga kita. Marilah kita lihat. Kalau Rasulullah saja tidak mau menguasai jin atas dasar tidak mau ‘melancangi’ Nabi Sulaiamn, apalagi kita manusia biasa dan tidak punya kemampuan apapun untuk bisa menguasai jin. Wallahu a’lam.

Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pengingat bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                                —ooOoo—

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *