Kultum 210: Nabi Muhammad Bukan Pembawa Islam

Nabi Muhammad Bukan Pembawa Islam
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Salah satu hal tentang Islam yang sampai saat ini masih juga ada adalah salah konsep atau ‘miskonsepsi’ tentang “kapan agama Islam itu dimulai”. Dan salah satu penyebab munculnya miskonsepsi itu adalah beberapa kata yang digunakan untuk menyatakan sesuatu tentang Islam itu secara psikologis memiliki makna ganda. Walhasil, miskonsepsi ini cukup memplesetkan dalam usaha memahami berbagai aspek yang merupakan rangkaian dalam memahami agama Islam.

Contoh yang cukup jelas adalah ketika Ustadz Yahya Waloni dalam salah satu ceramahnya (sekitar bulan Maret 2021) menyebutkan bahwa , “Nabi Muhammad Bukan Pembawa Islam”. Jika dipahami secara ‘kontent’, pernyataan ini tidak salah sama sekali. Artinya, memang Nabi Muhammad BUKAN Nabi yang pertama tama membawa Islam.

Namun karena kata ‘membawa’ secara psikologis bisa bermakna mengenalkan, mendakwahkan, menyebarkan, dan sejenisnya maka pernyataan tersebut akhirnya terasa salah. Rasa salah tersebut mungkin juga diperbesar oleh sensitifitas setiap individu dalam beragama. Apalagi Ustadz Yahya Waloni adalah pendakwah yang mantan pendeta.

Nah, bagi kaum Muslimin maupun penganut agama lainnya, agar tidak salah paham tentang agama Islam, ada beberapa hal yang perlu diketahui. Salah satunya adalah bahwa agama Islam itu seolah-olah BARU dimulai pada 1.450 tahun yang lalu ketika Nabi Muhammad diutus kepada manusia di dunia ini. Padahal, agama Islam adalah agama yang ada sejak diciptakannya Adam sebagai manusia pertama.

Sebagai agama yang pertama dan satu-satunya, Allah memperkenalkan syariat Islam kepada Nabi Adam dengan memerintahkan kedua putranya, Habil dan Qabil, untuk berqurban. Perintah ini diabadikan dalam surat Al-Maidah ayat 27, di mana Nabi Muhammad diperintahkan untuk menceritaka hal ini kepada umatnya, Allah berfirman,

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا

قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ

مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا

يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya:

Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka (qurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima, dia (Qabil) berkata, sungguh, aku pasti membunuhmu! Dia (Habil) berkata, sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa (QS. Al-Ma’idah, ayat 27).

Syariat agama Islam berlanjut diperkenalkan oleh nabi-nabi berikutnya seperti Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak cucunya.  Jadi semua 25 nabi dan rasul tidaklah berbeda agamanya, sebagaimana firmn Allah Subhanahu wata’ala,

قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ

اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ

وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى

وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ

لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ

وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ

Artinya:

Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri (berislam) kepada-Nya (QS. Al-Baqarah, ayat 136).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *