Mohon Jangan Lupakan dan Jangan Hancurkan Peradaban Melayu Yang Agung

Peradaban Melayu Yang Agung
Dr. Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ketika menjalani kuliah S3 di ISTAC (International Institute of Islamic Thought and Civilization) tahun 2003-2005, saya mengambil satu mata kuliah: “Reading in Malay Metaphysical Literature” (Membaca Teks Metafisika Melayu). Diantara kitab yang dikaji adalah “Hujjatus Shadiq li-Daf’i al-Zindiq” karya Syeikh Nuruddin al-Raniri.

Kitab ini juga ditulis dalam huruf Arab-Melayu. Ada beberapa mahasiswa asal Turki dan Malaysia yang mengambil mata kuliah tersebut. Ketika itulah saya bersyukur, bahwa sejak duduk di bangku sekolah dasar di kampung, saya sudah belajar huruf Arab Melayu di Madrasah Diniyah. Penguasaan khazanah Arab-Melayu (huruf Arab Pegon) semakin saya dalami di Pesantren ar-Rosyid, Bojonegoro, saat duduk di bangku SMA.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Penguasaan huruf Arab-Melayu ini menjadi pintu masuk untuk memasuki khazanah keilmuan Islam di wilayah Nusantara. Sebab, ribuan kitab para ulama ditulis dalam huruf Arab-Melayu. Jika huruf ini tidak dikuasai lagi oleh generasi muda muslim, maka akibatnya, terputuslah mereka dari sejarahnya.

Bahasa dan huruf Arab-Melayu inilah yang dulu dipakai oleh seluruh Muslim di kawasan Nusantara. Bahasa inilah yang menyatukan mereka, ke dalam satu agama dan satu peradaban. Karena itulah, di pendidikan tingkat SD Pesantren At-Taqwa Depok, para santri sudah diwajibkan membaca Kitab Arab Melayu, berjudul Adabul Insan dan Risalah Dua Ilmu, karya Ulama Betawi Habib Utsman bi Yahya.

Jika khazanah intelektual Melayu itu tidak dipahami oleh generasi muda Muslim Melayu, maka akan terjadi “kematian peradaban Islam-Melayu”. Inilah yang dikatakan cendekiawan Muslim Muhammad Asad: bahwa suatu peradaban tidak akan bangkit jika peradaban itu kehilangan kebanggaannya atau terputus dari sejarahnya.

Jika generasi muda muslim terputus dari masa lalunya sendiri dan kehilangan kebanggaan terhadap peradabannya, maka mereka akan berpaling kepada peradaban lain. Dalam hal ini, peradaban Barat yang dibawa oleh penjajah akhirnya dijadikan alternatif jalan kebangkitan.

Mitos yang dibangun dan ditanamkan kepada generasi muda Melayu adalah bahwa peradaban Barat memiliki keunggulan rasionalitas dan cara berpikir ilmiah. Dengan mengikuti rasionalitas Barat itulah, kaum muslimin akan meraih kemajuan, sebagaimana bangsa Eropa.

Tentu saja mitos itu tidak benar. Kedatangan Islam di wilayah Melayu-Nusantara terbukti membawa kebangkitan rasionalitas di alam ini. Ribuan karya para ulama di Nusantara membuktikan hal itu. Ribuan ulama di Alam Melayu telah menulis kitab-kitab yang bernilai tinggi.

Kita berharap, Kasus Rempang yang telah memicu reaksi hebat di seluruh Indonesia, bisa menjadi pelajaran berharga. Bangsa Melayu, khususnya anak-anak mudanya, patut mengkaji dan mengamalkan khazanah intelektual ulama-ulama Melayu yang agung.

Dan kita juga berharap, pemerintah pun berkenan melindungi dan mengembangkan pemikiran para ulama Melayu yang begitu bernilai dan sangat bermanfaat untuk membangun jiwa dan raga bangsa Indonesia agar menjadi bangsa yang unggul dan bahagia hidupnya.

Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa melindungi bangsa Melayu, peradaban Melayu, dan bangsa Indonesia pada umumnya. Aamiin. (Solo, 16 September 2023).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *