Gus Yahya dan Hilangnya Politik Kebangsaan PBNU?

Gus Yahya dan Hilangnya Politik Kebangsaan PBNU?
Gus Yahya
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Pun demikian, ketika dirinya mengklaim tidak pernah keluar dari PKB. Seolah ingin mengoreksi ulang statement sebelumnya, yang ingin menjauhkan PKB dari NU. Tapi di satu sisi, dalam praktiknya, ia melakukan upaya penggembosan terhadap PKB yang menjadi alat politik warga nahdliyin. Artinya, ada masalah pada pendirian dalam dirinya. Mengeklaim diri tidak ikut berpolitik praktis, tapi dalam praktiknya jauh lebih aktif berpolitik.

Entah apakah itu bisa disebut sebagai cara smooth untuk menggembosi PKB, atau sebaliknya hanya untuk menutupi syahwat politiknya? Namun, yang jelas, setiap kali mengeluarkan statement, narasi yang dibangun PBNU cenderung selalu merugikan PKB dan menguntungkan partai lain.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Misal saat menyebut PKB bukan NU. Namun, di saat bersamaan, PBNU justru menunjukkan kemesraan dengan partai lain. Dengan menyebut PDI Perjuangan tidak hanya sebagai partner PBNU, melainkan sudah bersenyawa (CNN Indonesia). Ada narasi ahistoris yang sengaja di-framing demi mengerdilkan peran PKB sebagai anak kandung NU. Sekaligus memunculkan narasi fake dengan menyebut PDI Perjuangan sebagai bagian integral yang tak terpisahkan dengan PBNU.

Menurut hemat penulis, apa yang ditunjukkan Gus Yahya sebagai Ketum PBNU menunjukkan mental inlander dan wise poor (krisis kebijaksanaan). Kedewasaan PBNU benar-benar diuji ketika deklarasi Anies-Muhaimin pada 2 September 2023 lalu. Hasilnya, PBNU tampak begitu sangat reaktif. Padahal dalam proses deklarasi tersebut Cak Imin tak mencatut nama PBNU. Cak Imin hanya mengatakan bahwa deklarasinya banyak dihadiri oleh kiai-kiai NU di Jawa Timur. Tidak lebih. Namun, secara mengejutkan, Gus Yahya bak kebakaran jenggot, melakukan klarifikasi seolah-olah Cak Imin membawa PBNU ke politik praktis.

Sekali lagi, sikap yang ditunjukkan PBNU ini tidak mencerminkan wise (kebijaksanaan) sama sekali. Oleh karena itu, sudah seharusnya PBNU sebagai organisasi keagamaan menjaga jarak, tidak hanya dengan partai, tetapi juga dengan pemerintah. Mengapa demikian? Semata-mata agar tidak saling memanfaatkan yang pada akhirnya merusak agama dan memorak-porandakan umat di bawah.

Sibuk melakukan klarifikasi atas sikap politik Cak Imin dan PKB jelas keliru besar. Alih-alih mendapat simpati publik luas, sikap tidak fair PBNU bisa berdampak terhadap kepercayaan warga nahdliyin di akar rumput. Dengan sikap inkonsistensinya, sangat mungkin PBNU akan kehilangan respek dari jemaah. Mengapa? Sebab, mengaku ‘zuhud’ dalam urusan politik, tapi realitasnya justru menunjukkan ketamakan yang luar biasa besar. Wallahu a’lam.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *