Disway: Binus Marmer

Dahlan Iskan menjadi pembicara dalam Studium Generale di kampus Binus,
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dahlan Iskan

Hajinews.co.id – UNIVERSITAS beranak universitas. Itulah Binus University. Yang bulan September ini melahirkan satu universitas lagi: Satu University. Sekaligus dua kampus: di Bandung dan Pontianak.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tidak berhenti di dua. Tiap tahun akan dibuka kampus Satu University lain. Di kota yang berbeda. Di seluruh Indonesia.

Binus University sendiri kini sudah berkembang menjadi 7 kampus: Kemanggisan, Senayan, Anggrek Kebon Jeruk, Kemanggisan Kijang, Alam Sutera, Bandung, dan Malang.

Sebentar lagi di Medan.

Saya ke Binus kampus Anggrek kemarin. Ada kuliah umum soal kendaraan listrik. Kampusnya seperti mal. Delapan lantai. Bangunannya seperti angka 8 yang dimodifikasi. Penghubung di tengah angka 8 itu untuk lift kanan dan kiri. Masing-masing dua pintu.

Dahlan Iskan melihat karya mahasiswa Binus

Maka di dalam gedung itu terbentuk dua plaza. Dua-duanya void sampai atap. Apa pameran di lantai dasarnya. Ada produk cat lengkap –kecuali cat kuku dan cat rambut. Ada bata penemuan baru terbuat dari sampah plastik. Banyak lagi. Suasananya benar-benar mirip di sebuah mal.

Dari 7 kampus itu total mahasiswa Binus 42.000 orang. Anda sudah tahu: andalan Binus di dua program studi. Yakni computer science dan manajemen. Yang manajemen itu sudah berkembang ke entrepreneur. Yang computer science segera berkembang ke prodi artifisial intelligence (AI). Prodi AI sudah dibuka pendaftaran mahasiswa  barunya bulan ini. Untuk tahun kuliah 2024.

Rasanya baru Binus yang berani membuka prodi AI di Indonesia. Khususnya di universitas swasta.

Maka kian kukuhlah Binus sebagai salah satu universitas elite. Jangan-jangan sudah menyalip Universitas Tarumanegara –yang dulu berhasil menyalip Universitas Trisakti.

Salah satu sudut kampus Binus Jakarta

Saya datang ke Binus lebih pagi dari jadwal. Saya ingin lebih banyak tahu kampus ini. Saya diajak tur kampus. Ada Wakil Rektor Prof Dr Engkos Achmad Kuncoro. Ada direktur kampus Dr Reina. Kami melihat ruang dosen, masuk-masuk ke ruang kuliah, ruang podcast, perpustakaan, pojok lesehan mahasiswa, dan charging motor listrik.

Di antara ruang kuliahnya ada 8 yang dinamakan kelas kreatif. Meja-mejanya bundar. Bisa dipisah-pisah. Tiap pecahan diberi roda. Mudah digeser. Untuk membentuk kelompok belajar baru. Meja itu terbuat dari bahan khusus: bisa ditulisi, digambari, dan dicorat-coret. Pun dindingnya.

Dosen tertentu diizinkan memindahkan mahasiswanya kuliah di situ. Tinggal order: ruang kreatif mana yang lagi kosong. Saya melongok ke dalamnya: lihat kuliahnya seperti sedang bermain. Dengan dosen sebagai tutor.

Dosen tutor seperti itu juga ada di kelas-kelas khusus bisnis. Bahkan disediakan tempat inkubasi bisnisnya.

Spanduk raksasa di kampus Binus.

Lalu saya dibawa ke ujung gedung. Ada gym di situ. Besar. Peralatannya cukup lengkap. Ramai. Banyak yang sedang nge-gym. Bersebelahan dengan itu ada  ruang tari atau yoga.

“Ada perbedaan penampilan mahasiswa antara sebelum dan sesudah Covid,” ujar dosen yang membawa saya tur. “Mahasiswi sekarang terlihat lebih atraktif. Seperti ingin lebih tampil,” katanyi. “Mungkin pengaruh TikTok dan Instagram. Mereka seperti harus selalu siap tampil di depan kamera,” tambahnyi.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *