Indonesia Disebut-sebut Masuk Jebakan Utang China, Benarkah?

ilustrasi istimewa
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id – Banyak yang beranggapan bahwa Indonesia sudah masuk ke dalam jebakan utang China. Hal ini lantaran nilai utang dari Negeri Tirai Bambu dianggap terus meningkat.

Padahal, data per akhir Februari 2023 menunjukkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Untuk diketahui, posisi ULN Indonesia pada akhir Februari 2023 tercatat sebesar US$ 400,1 miliar atau Rp 5.881,4 triliun (kurs Rp 14.700/ US$), turun dari bulan sebelumnya.

Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) maupun sektor swasta.

Secara tahunan, posisi ULN Februari 2023 mengalami kontraksi sebesar 3,7% (yoy), lebih dalam daripada kontraksi 2,0% (yoy) pada bulan sebelumnya. Berdasarkan laporan SULNI Februari 2023 Bank Indonesia (BI) yang dirilis Jumat (14/4/2023).

ULN pemerintah mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Posisi ULN pemerintah pada Februari 2023 tercatat US$ 192,3 miliar, lebih rendah dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 194,3 miliar.

Secara tahunan, ULN pemerintah mengalami kontraksi pertumbuhan yang lebih dalam, dari 2,5% (yoy) pada Januari 2023 menjadi 4,4% (yoy) pada Februari 2023.

Perkembangan tersebut didorong oleh pergeseran penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan volatilitas pasar keuangan global yang masih tinggi.

Di sisi lain, ULN swasta juga turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Posisi ULN swasta pada Februari 2023 sebesar US$ 198,6 miliar, menurun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 201,0 miliar.

Menurut BI, secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan yang lebih dalam, dari sebesar 1,7% (yoy) pada Januari 2023 menjadi 3,4% (yoy) pada Februari 2023.

Kontraksi ini dipicu oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (non financial corporations) masing-masing sebesar 6,2% (yoy) dan 2,7% (yoy).

Adapun, secara keseluruhan, utang luar negeri paling banyak dipakai dalam sektor jasa keuangan US$ 69,060 miliar, jasa kesehatan dan kegiatan sosial US$ 46,259 miliar, dan pengadaan listrik dan gas US$ 42,307 miliar.

Baca:Fenomena Jebakan Utang China & Ambisi Xi Jinping Kuasai Dunia

Siapa pemberi utang terbesar? Berikut Rinciannya:

1. Singapura US$ 57.455 miliar

2. Amerika Serikat US$ 32,575 miliar

3. Jepang US$ 23.764 miliar

4. China US$ 20.011 miliar

5. Hong Kong US$ 17.741 miliar

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *