Disway: Perangkat Desa

Perangkat Desa
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Maka saya tawarkan bagaimana agar website desa itu diisi oleh  anak-anak SMP dan SMA yang ada di desa. Biar mereka punya tempat untuk posting karya tulis: puisi, cerpen, story, foto, kartun dan seterusnya. Biarlah anak-anak dan remaja bisa menyalurkan isi pikiran mereka.

Mereka setuju semua. Tepuk tangan. Merasa dapat jalan keluar.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Lantas saya tawarkan: siapa di antara perangkat desa yang hadir yang memiliki ide lebih baik dari ide saya itu.

Seorang ibu angkat tangan. Pemberani. Dia begitu yakin punya ide yang bisa mengalahkan idenya mantan sesuatu. Saya pun minta ibu itu naik panggung. Mengenalkan diri. Lalu mengemukakan idenyi.

Hebat.

Saya pun terkesima dengan ide yang dia tawarkan: “Jadikan website desa sebagai marketplace desa”.

Saya langsung memberi hadiah Rp 100.000. Saya mintakan hadiah itu dari kepala dinas yang hadir: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Drs Samsir.

Saya lagi tidak membawa uang. Dompet saya di dalam tas istri yang pilih tidur di hotel.

Tentu perangkat desa yang lain angkat bicara. Saya minta mereka naik panggung. “Kalau jadi marketplace apakah untungnya dibagi dengan desa?“ katanya. “Apakah tidak melanggar hukum?” kata satunya.

Diskusi pun seru. Diakhiri dengan selfie di panggung.

Pertanyaan terakhir saya: siapa di antara perangkat desa yang pernah menulis satu bulan satu kali? Diam.

Tiga bulan sekali? Diam.

Setahun sekali? Diam.

Syukurlah saya tidak jadi ceramah cara-cara menulis yang baik. Mengajarkan bagaimana menulis yang baik tidak tepat ditujukan kepada orang yang belum pernah menulis.

Dalam sesi tanya jawab seorang ibu muda unjuk tangan. Cantik sekali. Kelihatan cerdas. Rautnya menunjukkan wajah cendekia. Dia naik panggung. Saya terharu dengan apa yang dia kemukakan. Apalagi di wajahnyi tampak seperti mau menangis.

Perangkat desa itu bebannya sangat berat. Apakah kami masih harus diberi beban tambahan menulis?” katanyi.

Saya peluk pundaknyi. Kata-katanyi menyadarkan saya: “betapa berat bebat perangkat desa“, kata saya.

Hampir semua menteri punya program di desa.

Hampir semua dinas provinsi punya program di desa. Pun kabupaten. Semua itu, sampai di desa, pelaksananya hanya satu: perangkat desa.

Bersyukur lagi saya tidak mengajarkan cara-cara menulis. Apa yang disampaikan si cantik nan cerdas itu seperti mewakili perasaan semua perangkat desa yang hadir.

Maka kami pun mengambil kesimpulan: cukuplah kalau website itu diabdikan sebagai saluran anak-anak dan remaja di desa. Ditambah sebagai marketplace desa. Siapa tahu kelak lahir penulis-penulis hebat seperti yang terlihat di kolom komentar Disway. Siapa tahu pula akan lahir banyak Haji Sam dari desa mereka. (Dahlan Iskan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *