Bukan hal yang mudah memang untuk dapat bertahan dalam badai kehidupan yang kita sendiri tak tahu kapan ia datang dan bagaimana akibat dari badai itu sendiri.
Merasa tak mampu, terlampau lemah dan lelah, tak dapat berdiri tegak dikarenakan melawan guncangan gelombang dan besarnya angin yang menerjang.
Adapun jika mereda, ia hanya sesaat. Belum dapat bernapas secara lega, sudah harus bersiap dengan badai selanjutnya.
Tapi, bagaimana pun badai itu datang, ia memiliki masa. Masa dimana akan mereda, ombak kembali tenang, angin kembali mendesir dan perjalanan kembali damai.
Mungkin kau bertanya, kenapa selalu aku yang mendapati ini semua? Tidakkah cukup luka yang berdarah ini disebabkan harus mengendalikan layar agar kapal tak karam?
Kau menyadari bahwa tiada yang dapat kau jadikan harapan akan keselamatan kecuali Rabb Mahabesar.
Air matamu mengalir deras dengan berucap lirih penuh ketundukkan.
“Duhai Rabb, selamatkan aku atas rasa sakit dan guncangan yang menerjang. Sungguh, hanya kepada-Mu aku meminta kekuatan, sungguh aku hanyalah seorang yang lemah. Tiada kekuatan selain pertolongan dari-Mu….”
Sejenak benakmu merasa yakin, akan sebuah pertolongan yang amat dekat. Yang membuatmu kembali berdiri tegak, meski tangan berdarah-darah karenanya.
Karena kau tahu, kelabu awan mendung ia akan hilang, gelapnya malam kan berganti dengan fajar. Kau hanya perlu bersabar untuk menanti semua itu datang.
Bertahanlah, bersabarlah, sungguh badai itu akan mereda.
(Syifa Az’ari)
Muslimah MSR Official
Oasefajar