Miliarder Yang Dulunya Ditahan Israel Kini Bergabung Dalam Perang Palestina

Bashar Masri
Bashar Masri
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id – Hubungan Israel dan Palestina kembali memanas. Hamas, kelompok militan yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina, melancarkan serangan bersenjata terbesarnya terhadap Israel dalam beberapa tahun pada akhir pekan ini.

Tentara Israel merespons serangan tersebut secara besar-besaran dan menyatakan perang terhadap Hamas. Pertarungan tidak bisa dihindari, dengan kerugian di kedua sisi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tindakan ini menambah rekor panjang pertumpahan darah di wilayah tersebut sejak 70 tahun yang lalu. Pada saat yang sama, masyarakat didorong untuk membantu masing-masing pihak, salah satunya dipimpin oleh pengusaha kaya Palestina, Bashar Masri.

Sempat Ditahan

Bashar Masri berasal dari keluarga al-Masri yang lahir di Nablus, Palestina, tahun 1961. Dia masih satu keluarga dengan Munib al-Masri, pengusaha yang kini jadi orang terkaya di Palestina.

Bashar tumbuh besar di arena konflik. Di usia enam tahun, dia sudah menjadi saksi mata kebengisan militer Israel dalam peristiwa yang kini disebut Perang Enam Hari (1967).

Ketika itu, Israel secara mendadak dan sepihak menguasai wilayah Palestina meliputi Tepi Barat, Yerussalem Timur, Jalur Gaza dan Dataran Tinggi Golan. Militer Israel juga mengusir 750.000 penduduk Palestina termasuk menghancurkan tempat tinggalnya.

Atas dasar inilah, kepada Time Bashar mengaku dan percaya saat kecil kalau kekerasan adalah satu-satunya cara menyelesaikan konflik. Dari sinilah bibit-bibit pemberontak mulai muncul di dalam dirinya.

Dia bercerita saat masih aktif sekolah dia kerap merencanakan demonstrasi dan menulis surat protes kepada berbagai pihak atas penindasan yang selama ini dialami oleh warga Palestina. Salah satunya ditunjukkan kepada Sekjen PBB Kurt Waldheim, meski surat itu tak diketahui sampai atau tidak.

Bergerak melawan arus membuat hidup Bashar penuh resiko. Sebab, peluang dia ditangkap oleh otoritas Israel begitu besar. Namun, layaknya aktivis sejati, dia tidak takut atas hal itu.

Hingga akhirnya dia benar-benar ditangkap otoritas Israel usai melempar batu ke tentara saat demonstrasi. Tepat di usia 14 tahun dia resmi bermalam di balik jeruji besi. Namun, tindakan itu tak menyurutkan langkah Bashar.

Setelah bebas, dia kembali berjuang. Lalu dua tahun kemudian, tepat di tahun 1975 atau di usia 16 tahun, dia harus masuk penjara untuk kedua kalinya. Dia ditahan karena melawan pemerintah Israel dan harus menjalani ujian sekolah di dalam sel.

Usai masa tahanan habis, orang tuanya lantas menyekolahkan Bashar ke Kairo, Mesir. Di sana dia kemudian sekolah secara serius hingga berhasil kuliah di Amerika Serikat dan Inggris. Sejak itulah pandangan soal kekerasan sebagai cara terbaik melawan Israel mulai berubah.

Gaya Baru Perjuangan

Ketika tinggal di luar negeri sejak tahun 1990-an, Bashar mulai merintis karir. Dia diketahui kerja di banyak perusahaan manajemen dan konsultan yang berbasis di Arab Saudi, Amerika Serikat dan Inggris.

Tak cuma itu, mengutip Bloomberg International, dia juga mempunyai perusahaan sendiri yang bergerak di sektor real estate di Maroko, Libya, Yordania dan Mesir. Dari sini dia mulai memupuk kekayaan.

Meski begitu, kesuksesan tak membuat Bashar lupa tanah air. Dia beberapa kali ingin pulang kampung, tetapi selalu gagal. Pada 1991 dia sempat dideportasi Israel karena dianggap sosok berbahaya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *